Staf Khusus Presiden, Juri Ardiantoro, menilai kabar keretakan antaran Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden terpilih Prabowo Subianto merupakan upaya adu domba untuk mengganggu jalannya pemerintahan.
Ia menegaskan politik adu domba seperti itu sudah usang dan tidak disukai masyarakat.
Baca Juga: Pengakuan Jokowi: Begitu Mau Pergi, Ditinggal Ramai-Ramai
Baca Juga: Cerita Panjang di Balik Perubahan Nama Mulyono Menjadi Jokowi
Baca Juga: Satu Dekade Jokowi dan Sederet Aksi Unjuk Rasa Besar-besaran
"Jika ada mengadu domba dengan nyata-nyata mengatakan hubungan Presiden Joko Widodo dan Presiden Terpilih saat ini retak adalah upaya menganggu agenda keberlanjutan pemerintahan," katanya dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/8/2024).
Lanjutnya, isu yang berhembus tersebut yaitu mengadu domba antara dua tokoh bangsa dengan merangkai berbagai informasi, peristiwa dan kejadian yang terjadi belakangan ini, kemudian meng-gotakgatuk-an seolah-olah ada kaitannya dan menyimpulkan dengan nada yakin bahwa telah terjadi keretakan.
Selain itu, ia menjelaskan jika fokus utama pemerintahan Presiden Jokowi saat ini meletakan pondasi yang kuat untuk memuluskan transisi pemerintahan.
Menurutnya, Presiden memberikan tempat dan kesempatan yang luas bagi presiden terpilih memulai menyusu agenda-agenda strategis untuk menjalankan visi dan misinya demi keberlanjutan.
"Di mana letak keretakannya? Itulah yang menjadi pertanyaan Pak Prabowo. Presiden Terpilih tegas menampik berbagai spekulasi, rumor bahkan upaya politik yang bertujuan mengadu domba dia dengan Presiden Joko Widodo," tegasnya.
Sambungnya, "Jadi berhentilah membangun narasi dan spekulasi yang bersifat pecah belah kita sebagai bangsa," tambah dia.