Sejumlah lembaga dan perusahaan besar, termasuk Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FKBL), WWF Indonesia, RSPO, Apical, CECT Universitas Trisakti, Daemeter, dan Control Union, berkolaborasi untuk meluncurkan inovasi batik yang menggunakan lilin berbasis kelapa sawit. Acara peluncuran produk ini berlangsung pada Rabu (5/2/2025) di JICC Senayan, Jakarta, dan menjadi tonggak penting dalam upaya menciptakan produk-produk ramah lingkungan di industri batik Indonesia.
Angga Prathama Putra, Sustainable Commodities Lead WWF Indonesia, dalam sambutannya menjelaskan bahwa kelapa sawit, jika dikelola dengan cara yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, kelapa sawit berkelanjutan bisa menjadi alternatif bahan baku yang lebih ramah lingkungan, terutama dalam produk-produk yang selama ini menggunakan bahan baku berbasis petrolium, seperti parafin.
Baca Juga: PBNU Dukung Peremajaan Sawit Rakyat Demi Hilirisasi dan Kemandirian Ekonomi
Angga juga menambahkan bahwa percampuran antara budaya Indonesia dan praktik keberlanjutan ini diharapkan dapat menjadi jawaban atas tantangan pasar domestik yang semakin menuntut produk ramah lingkungan.
“Kami ingin memastikan bahwa konsumen memiliki pilihan yang lebih baik dengan memilih produk berbasis kelapa sawit yang berkelanjutan. Melalui inovasi ini, kami harap dapat memberikan dampak positif bagi pasar domestik, terutama di sektor batik,” ujar Angga.
Kelapa Sawit dan Keberlanjutan, Sebuah Terobosan Baru
Di sisi lain, Prama Yudha, Head of Corporate Communications Apical Group, mengungkapkan bahwa peluncuran batik dengan menggunakan lilin berbasis kelapa sawit ini bukan hanya sebuah inovasi teknologi, melainkan juga sebuah terobosan yang membuka peluang baru bagi industri batik.
Baca Juga: Masa Depan Industri Sawit: Tantangan dan Strategi Menuju Keberlanjutan
Prama juga menjelaskan bahwa Hydrogenated Palm Stearin (HPS) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan lilin batik ini merupakan salah satu produk turunan kelapa sawit yang diproduksi oleh Apical. Selama ini, kelapa sawit seringkali identik dengan produk-produk seperti minyak goreng dan sabun. Namun, menurut Prama, kelapa sawit sebenarnya memiliki banyak potensi untuk produk-produk lainnya, termasuk bahan baku lilin batik.
“Kelapa sawit adalah tanaman masa depan. Rentang produk turunannya sangat luas, mulai dari untuk konsumsi hingga bahan bakar. Ini membuktikan bahwa sawit tidak hanya bermanfaat untuk kebutuhan dapur, tetapi juga bisa digunakan untuk industri kreatif seperti batik,” ujar Prama.
Baca Juga: Demi Kesejahteraan Petani, DPR Dorong Percepatan Program Peremajaan Sawit Rakyat
Peluang Baru Bagi Industri Kreatif dan UMKM
Deputy Director Market Transformation RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil), Windrawan Inantha, menilai bahwa penerapan standar keberlanjutan di seluruh rantai pasok kelapa sawit membuka peluang baru bagi berbagai sektor, termasuk sektor kreatif. Menurutnya, langkah inovatif ini tidak hanya menunjukkan bahwa produk berbasis kelapa sawit berkelanjutan itu ramah lingkungan, tetapi juga memberikan banyak manfaat, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM).
Windrawan berharap bahwa peluncuran batik dengan lilin berbasis kelapa sawit ini dapat menjadi contoh dan percontohan bagi industri lain untuk mengadopsi praktik bisnis yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga: Kebijakan Baru Penataan Lahan Sawit, Fokus pada Keadilan Sosial dan Keberlanjutan Ekonomi
"Inovasi ini membuktikan bahwa industri sawit bisa memberikan kontribusi besar bagi ekonomi lokal, sekaligus memajukan keberlanjutan. Kami juga berharap masyarakat semakin sadar akan manfaat produk berbasis kelapa sawit yang berkelanjutan,” tambahnya.
Menciptakan Alternatif Berkelanjutan untuk Industri Batik
Prama Yudha juga menceritakan latar belakang terciptanya ide untuk menggantikan parafin, yang selama ini digunakan dalam pembuatan batik, dengan kelapa sawit. Ide tersebut sudah ada sejak beberapa waktu lalu, namun pihaknya baru dalam enam minggu terakhir berhasil menemukan formula yang tepat untuk memproduksi batik dengan lilin berbasis Hydrogenated Palm Stearin (HPS).
Baca Juga: Kisah Inspiratif UKMK Sawit: Smart Batik Jadi Pelopor Batik Ramah Lingkungan yang Inovatif
Hasilnya, mereka berhasil menciptakan batik dengan kualitas yang setara dengan batik yang menggunakan parafin.
“Awalnya kami menghadapi tantangan untuk menemukan formula yang tepat untuk menggantikan parafin dengan HPS, namun sekarang kami dapat memproduksi batik dengan kualitas yang tidak kalah dengan batik berbahan parafin,” tutur Prama.
Baca Juga: Pemerintah Naikkan Kewajiban Plasma Kebun Sawit Menjadi 30 Persen
Peluncuran lilin batik berbahan dasar kelapa sawit ini masih dalam tahap pilot project. Apical menggandeng FKBL untuk memperkenalkan lilin sawit kepada pengusaha batik di seluruh Indonesia. Sebagai langkah awal, Apical akan menyuplai sekitar 20 ton HPS ke FKBL untuk digunakan dalam pembuatan batik.
“Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa batik berbasis kelapa sawit itu bukan hanya mungkin, tetapi juga bisa memberikan kualitas yang luar biasa,” pungkas Prama.
Peluncuran batik berbahan baku lilin kelapa sawit ini tidak hanya menjadi terobosan di dunia industri batik Indonesia, tetapi juga membuka peluang besar bagi pengembangan produk berkelanjutan yang ramah lingkungan. Dengan terus mengedepankan keberlanjutan dalam produk-produk Indonesia, diharapkan langkah ini dapat menjadi contoh yang menginspirasi industri lain, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah.