Kedua adalah disability atau ketidakmampuan. Seperti, tidak mampu untuk berinteraksi sosial, atau kondisi di mana terasa malas saat harus bertemu dengan teman. Bahkan, kondisi ini bisa bertahan lama hingga berbulan-bulan.

“Pada level yang lebih jauh bukan sekedar nggak mampu ketemu teman. Mungkin penurunan performa kerja mungkin. Mungkin bahkan pergi kerja nggak  mandi. Cuma pake parfum gitu. Males banget. Tapi kalau dipikir-pikir mungkin itu ketidakmampuan karena berulang. Sekali namanya males. Kalau seminggu namanya bukan males,” tutur dr. Jiemi.

Baca Juga: Hari Kesehatan Mental Dunia, 3 Tips Jaga Kesehatan Mental Menuju Masa Pensiun versi Allianz Indonesia

Ketiga, adalah deviance atau mulainya bergeser dari kurva normal. Misal, normalnya seseorang tidur delapan jam setiap harinya, namun karena kondisi deviance, bisa saja terjaga hingga tiga hari tiga malam. 

Atau mungkin, sudah tidur delapan jam setiap malamnya, namun terasa lelah saat bangun di pagi hari. Itu bisa jadi deviance yang menandakan kamu butuh ke psikiater.

Keempat, danger atau perilaku berbahaya. Bukan hanya membahayakan diri sendiri, seperti ingin mengakhiri hidup, namun ada dorongan kuat ingin menyakiti orang sekitar pula.

“Gak usah nunggu empat-empatnya kalau menurut saya. Ada beberapa saja dari yang disampaikan ini muncul, gak apa-apa buat konsultasi (ke psikiater),” tukas dr. Jiemin.