Wakil Rakyat dari Dapil Jatim VII ini kemudian menyoroti bahwa permasalahan mendasar koperasi bukan sekadar soal digitalisasi, melainkan fundamental kelembagaan. 

“Mengapa demikian? Masalah mendasar bukan digitalisasi, tapi fundamentalisasi. Hari ini sering kita dengar: koperasi belum berkembang karena belum digital. Padahal bukan itu akar masalahnya, masalah mendasarnya adalah belum ada penguatan kelembagaan,” paparnya. 

“Memang, digitalisasi penting. Tapi hal tersebut hanya alat, sehingga tanpa kepemimpinan yang kompeten; struktur organisasi yang sehat; tata kelola yang transparan; dan payung hukum yang melindungi anggota, maka digitalisasi bisa jadi hanya mempercepat kegagalan,” jelasnya. 

Lebih lanjut, Edhie Bakskofo menyoroti program nasional ‘Koperasi Merah Putih’ yang tengah dicanangkan pemerintah. Menurutnya, inisiatif menciptakan 80.000 koperasi baru harus dibarengi dengan kualitas, bukan sekadar kuantitas.

“Koperasi Merah Putih yang hari ini dicanangkan oleh pemerintahan yang kami dukung. 80 ribu Koperasi Merah Putih itu bukan hanya label, tapi kita ingin benar-benar berkualitas, sesuai dengan tujuan besar bangsa ini,” tegasnya. 

Ibas menekankan bahwa semakin banyak koperasi berdiri, semakin penting pengawasan terhadap kemampuan sumber daya manusia dan sistem manajemen di dalamnya. 

“Tata kelola yang transparan, karena semakin banyak kita mendirikan koperasi semakin banyak manajemen yang ada di setiap wilayah yang beragam kemampuan dan peningkatan manusianya. Kita juga harus teliti dan awasi lebih dekat. Kemudian, bisa jadi payung hukumnya belum cukup berkenaan atau menguatkan, melindungi anggota-anggotanya,” papar Ibas. 

EBY yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Kadin membawa diskusi dengan perspektif lebih luas, melihat koperasi dalam konstelasi global. Bagimana dari sudut geopolitik, geoekonomi dan geostrategi. 

“Di mana, dunia sedang bergolak, perang Ukraina hingga Gaza. Krisis pangan dan energi, perang tarif dan ketimpangan rantai pasok global. Semua itu menguji kemandirian bangsa.” 

Oleh karenanya, menurut Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini Indonesia harus mandiri secara ekonomi. “Dan jawaban atas itu bukan hanya industrialisasi tapi demokratisasi ekonomi melalui koperasi.”

“Koperasi adalah bagian dari strategi geostrategi Indonesia, karena koperasi menumbuhkan produksi dari bawah, memastikan pemerataan aset, dan membangun daya tahan masyarakat di tengah ketidakpastiaan global,” jelasnya. 

Lebih lanjut EBY juga mengajak Indonesia belajar lebih banyak dari keberhasilan koperasi global. “Belajar dari koperasi dunia, kita tidak sendiri. Koperasi di dunia telah membuktikan bahwa mereka bisa jadi kekuatan raksasa.”

“Misal: Mondragon di Spanyol, menjadi konglomerasi industri berbasis koperasi. Fonterra di Selandia Baru, menguasai 30% ekspor susu dunia. Zen-noh di Jepang, koperasi pertanian yang merajai distribusi pangan,” jelas Ibas secara detail.

Menurutnya, kesuksesan negara-negara tersebut tidaklah instan, tapi mereka mampu menjalankan tata kelola secara profesional dan didukung penuh oleh negara maupun rakyat. 

“Pertanyaannya, mengapa mereka bisa? Ya, karena mereka membangun skala ekonomi, menjalankan tata kelola profesional, di dukung penuh oleh negaranya, dan tak pernah kehilangan jati diri sebagai gerakan rakyat,” paparnya. 

Oleh karena itu, Ibas menggarisbawahi perlunya langkah besar dan terukur agar koperasi Indonesia bisa berkibar di kancah global. “Perlu strategi menuju 10 koperasi Indonesia di top 100 dunia. Hari ini, koperasi Indonesia belum masuk 100 besar dunia, tapi itu bukan takdir, itu hanya soal niat dan strategi,” ungkap Ibas. 

Di akhir sambutannya, Edhie Baskoro kembali menegaskan bahwa koperasi bukanlah slogan tapi strategi kebangsaan. 

“Koperasi adalah jalan menuju keadilan ekonomi. Koperasi bukan masa lalu, koperasi adalah masa depan yang setara. Yang kita yakini bukan hanya slogan tapi strategi kebangsaan kita,” pungkasnya. 

Salah satu peserta, Ihsan Firdaus, Founder dan CEO Smartcoop.id menyampaikan aspirasinya “Yang paling penting rebranding koperasi, datang dari para tokoh bangsa ini termasuk Mas Ibas mewakili tokoh muda. Digitalisasi memang sebuah keharusan, namun penting juga untuk membangun kolaborasi antar daerah dan pemerintah, juga adanya duta koperasi. Kami juga berharap adanya sarjana koperasi dan dibangunnya SMK Koperasi,” jelasnya. 

Acara ini diikuti oleh beberapa peserta di antaranya, Muhammad Lingga Ketua Umum Koperasi Digital Propertree; Yosi Afianto Chief Executive Officer Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Inklusi Keuangan Rakyat (IKR); Frans Meroga Ketua Koperasi Simpan Pinjam Nasari; Adi Sumunar Ketua Umum Asosiasi Pendamping Koperasi Modern (APIKOM). 

Dihadiri pula Marwan Cik Asan Sekretaris FPD DPR RI sekaligus Anggota Komisi XI dan Faujia Helga Anggota FPD DPR RI Komisi VI.