Konglomerat pemilik MNC Group sekaligus politikus Hary Tanoesoedibjo berbicara mengenai kontribusi terhadap negara. Pria yang karib disapa Hary Tanoe itu mengungkap, tak semua orang harus menjadi seorang pengusaha dulu untuk berkontribusi terhadap negara.

Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) ini beranggapan, seseorang juga bisa memberikan kontribusi terhadap negara secara signifikan dengan menjadi pekerja profesional yang memiliki karier baik. Dengan kata lain, setiap orang dapat berperan dalam pembangunan negara melalui berbagai peran yang dijalani dalam masyarakat.

“Saya tidak mengatakan semua itu harus jadi entrepreneur. Karena memberikan kontribusi itu bisa menjadi langsung sebagai entrepreneur, tapi seperti yang saya katakan tadi kalian bisa menjadi profesional yang berkarier baik, sehingga kalian ikut memberikan kontribusi sebagai pembayar pajak,” ujar Hary Tanoe seperti Olenka kutip, Kamis (5/9/2024).

Baca Juga: Menguasai Dua Dunia, Jejak Pengusaha Kelas Kakap yang Duduki Jabatan Bergengsi di Politik, Siapa Saja?

Membayar pajak menjadi salah satu bentuk kontribusi terhadap negara. Lewat pajak yang dibayarkan oleh individu atau perusahaan, pemerintah akan menggunakannya untuk membiayai berbagai aspek, seperti aspek finansial, pendidikan, hingga kesehatan.

Selain itu, membayar pajak juga dinilai sebagai bentuk dukungan masyarakat dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

“Pajak itu untuk pembangunan. Begitu makin banyak dana pembangunan, makin banyak hal-hal yang bisa dikerjakan itu menciptakan lapangan kerja juga sama, in directly coming from you,” imbuh Hary Tanoe.

Hary Tanoesoedibjo merupakan anak bungsu dari pengusaha bernama Ahmad Tanoesoedibjo. Mengikuti jejak sang ayah, Hary Tanoe mulai berkarier sebagai pengusaha dan menjabat sebagai Presiden Eksekutif Grup Bhakti Investama sejak tahun 1989. 

Baca Juga: Mengungkap 7 Raja Terkaya di Dunia dan Negara Asalnya, Siapa Saja?

Pada tahun 2000, Bhakti Investama membeli sebagian saham Bimantara Citra dan mengganti namanya menjadi Global Mediacom setelah menguasai mayoritas saham. Hary kemudian aktif di media penyiaran dan telekomunikasi, menjabat sebagai Presiden Direktur Global Mediacom sejak 2002. 

Ia juga menjabat sebagai Presiden Direktur Media Nusantara Citra (MNC) dan RCTI sejak 2003, serta Komisaris Mobile-8, Indovision, dan beberapa perusahaan lainnya. Grup medianya mencakup empat jaringan televisi swasta (RCTI, MNCTV, GTV, iNews), beberapa radio seperti Trijaya FM, dan media cetak seperti Harian Seputar Indonesia, majalah Trust, dan tabloid Genie.