Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo masih belum bisa menerima perolehan suaranya di Pilpres 2024 yang hanya mentok di angka 17 persen. Gubernur Jawa Tengah dua periode itu mengatakan, perolehan suara yang sangat kecil itu bukan hasil yang sebenarnya, dia yakin ada pihak yang bekerja di balik layar untuk yang sengaja mengatur angka-angka itu sedemikian rupa.
Lantaran tak percaya dengan hasil perolehan suara tersebut, Ganjar meminta para pakar teknologi informasi (IT) untuk membongkar berbagai borok Pemilu 2024. Kecurangan yang terjadi kata dia tak bisa didiamkan begitu saja.
Baca Juga: Kompak! Timnas Amin dan TPN Ganjar-Mahfud Bakal Gugat Hasil Pilpres di MK
"Sebenarnya yang dibutuhkan hari ini adalah mereka yang mempunyai kompetensi di bidang IT untuk menceritakan dan membongkar apa yang terjadi,” kata Ganjar kediaman Butet Kertaredjasa, Kasihan, Bantul, DIY dilansir Selasa (12/4/2024).
Ganjar mengatakan, sejauh ini ada sejumlah pakar IT yang sudah mencoba membongkar berbagai indikasi kecurangan itu, Ganjar mengaku pihaknya juga sudah mengantongi berbagai bocoran dari para pakar IT, hanya saja Ganjar menolak menjelaskan lebih lanjut terkait bocoran yang ia maksud.
“ Ya bocor-bocorannya sudah ada sih analisa analisisnya, berapa persen sih Ganjar-Mahfud sebenarnya," ucapnya.
Lebih lanjut, Ganjar mengatakan,kecurangan Pemilu 2024 bukan sekedar tudingan, indikasi main culas itu kata dia sudah terpampang jelas. Buktinya kata dia sejumlah saksi di berbagai daerah menolak menandatangani hasil rekapitulasi suara lantaran mereka melihat secara langsung kerja-kerja curang untuk memenangkan satu pasangan calon tertentu.
"Terlihat di media, mainstream maupun sosial, orang angkat tangan, tidak setuju, nggak mau tanda tangan rekap dan seterusnya. Muncul cerita-cerita berapa sebenarnya perolehan yang real, kami bekerja itu," ucapnya.
Adapun tudingan mengunci suara Ganjar-Mahfud MD di angka 17 persen itu pertama kali dilontarkan sekretaris PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Politikus asal Yogyakarta mengatakan ada pihak yang sengaja menggunakan teknologi informatika untuk menahan suara Ganjar-Mahfud. Dia bahkan menuding, aksi curang itu sepengetahuan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Tudingan Hasto Gampang Dipatahkan
Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menyentil sekretaris PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto atas tudingan tersebut. Dia mengatakan, omongan Hasto tak berdasar alias ngawur.
Baca Juga: Istana Jawab Desas-desus Jokowi Gabung Golkar
“Jadi sebetulnya memang sangat mengherankan dan absurd bahwa Mas Hasto bisa mengatakan data KPU ini sudah di-setting untuk atau dikunci pada angka 17 persen walaupun beliau mengutip mereka-mereka yang disebut sebagai ahli IT,” kata Qodari.
Qodari mengatakan, tudingan Hasto jelas tak berdasar, klaimnya gampang dibantah dengan berbagai fakta di lapangan. Hasil penghitungan suara secara manual kata dia adalah sebuah fakta yang sukar dibantah sebab hasil C1 dari berbagai TPS itu sulit dimanipulasi mengingat di semua TPS diawasi petugas Bawaslu dan saksi-saksi dari partai politik serta masyarakat.
“Ini tinggal benturkan saja dengan realitas di lapangan dibenturkan dengan hasil C1 TPS hitung suara di tiap TPS dan di situ tentu akan terlihat bagaimana sesungguhnya angka elektabilitas yang sekarang ini,” tegas Qodari.
Qodari mengaku sangat yakin jika hasil penghitungan suara secara manual oleh KPU tidak bakal berbeda jauh dengan hasil penghitungan secara elektronik di Sirekap. Hal ini kata dia sudah terbukti pada Pilpres-pilpres sebelumnya.
Baca Juga: Ini Bocoran Isi Naskah Akademik Hak Angket Dugaan Kecurangan Pemilu
“Saya haqqul yakin nanti hasil hitungan manual KPU juga tidak akan berbeda jauh dengan hasil Sirekap atau hitungan elektronik, dalam pilpres sebelumnya juga saya ingat walaupun ada pro kontra terhadap hitung elektronik tetapi pada akhirnya sebetulnya tidak berbeda jauh dengan hitung manual,” jelas Qodari.
“Nah kalau sudah hitung manual bagaimana mau membantahnya, kan semuanya dasarnya adalah data-data tertulis data-data fisik berdasarkan hasil hitungan di C1,” tambahnya memungkasi.