Roy Suryo Cs meluncurkan sebuah buku berjudul Jokowi's White Paper: Kajian Digital Forensik, Telematika, dan Neuropolitika atas Keabsahan Dokumen dan Perilaku Kekuasaan setelah eks Menteri Pemuda dan Olahraga era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mempersoalkan keaslian ijazah Jokowi dari  Universitas Gadjah Mada.

Buku ini diluncurkan Roy Suryo bersama Rismon Sianipar dan Tiffauzia Tiyassuma (dr Tifa) yang juga merupakan tokoh yang gencar mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi.  Kendati baru diluncurkan, namun buku itu langsung menyedot atensi publik, polemik dan silang pendapat ramai terjadi di media sosial. 

Terlepas dari dari polemik tersebut, berikut sederet fakta Jokowi's White Paper:

Awal Mula Mencuat Dugaan Ijazah Palsu

Dalam Jokowi's White Paper, Roy Suryo Cs menjelaskan secara terperinci awal mula mencuatnya dugaan ijazah palsu Jokowi, dijelaskan bahwa dugaan itu mengemuka dalam sebuah diskusi publik yang menghadirkan Jokowi, Mahfud Md hingga  Buya Syafii Maarif. 

Dalam dialog yang berlangsung di di Kampus Terpadu UII itu narasumber yang hadir berbincang santai mengenai  indeks prestasi (IP) untuk menjadi presiden. Pada momen itu, Mahfud MD mengatakan IP-nya mencapai  3,8, sementara Jokowi mengatakan IP-nya 2. Pernyataan Jokowi mengenai  IP-nya tersebut yang kelak memicu isu mencuatnya dugaan ijazah palsu. 

Tokoh-tokoh kritis yang mempertanyakan keaslian Jokowi adalah Bambang Trimulyono dan Sugi Nur Raharja (Gus Nur), namu tokoh-tokoh tersebut kata Roy Suryo kemudian dibungkam dan dikriminalisasi. 

Penelusuran Skripsi Jokowi dan Temuan Analisis Digital Forensik

Dalam buku ini, Roy Suryo juga menceritakan perjalanan dirinya bersama Rismon dan dr Tifa dalam menelusuri skripsi Jokowi di UGM. Ketiga penulis ini mendatangi Fakultas Kehutanan UGM pada April 2025 lalu. 

Ketiganya menemukan skripsi Jokowi, bahkan Roy Suryo mengaku sempat memegang fisik skripsi itu dan menelitinya secara langsung. 

Buku Jokowi's White Paper juga menceritakan proses analisis digital forensik yang dilakukan oleh Rismon Sianipar. Untuk mendapatkan hasil analisa yang lebih maksimal, dilakukan perbandingan ijazah Jokowi dengan ijazah alumni UGM. Ada tiga ijazah alumni UGM yang dipakai untuk membandingkan ijazah Jokowi, ketiga ijazah itu milik Hari Mulyono, Pronojiwo, dan Srimurtiningsih.

Hasilnya ditemukan overlapping detection berupa reposisi buruk pada watermark logo UGM hingga tanda tangan pengesahan di Ijazah Jokowi.

Analisis juga mencakup penggunaan perbandingan dengan RGB (Red, Green, Blue) atau CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, and Black) untuk mengkaji secara detail. Rismon juga menyajikan analisis spektrum warna untuk menganalisis stempel pada pas ijazah Jokowi.

Selain itu, dr Tifa memberikan analisis dengan metode Behavioral Neuroscience untuk meneliti pola perilaku seseorang dan mengaitkannya dengan politik.

Dicetak Dalam Dua Bahasa dan Didistribusikan ke 25 Negara

Buku Jokowi's White Paper dicetak dalam dua bahasa yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Soft-launching buku ini telah dilakukan di University Club (UC) Coffee Shop, UGM, Sleman, DIY, pada 18 Agustus 2025. Grand launching rencananya akan digelar di Jakarta pada 27 Agustus 2025

Cetakan pertama buku ini direncanakan berjumlah lima ribu buah. Selain itu, buku ini juga akan tersedia dalam format e-book, sehingga orang bisa membacanya dalam format PDF yang dapat diunduh.

Dengan bantuan Forum Diaspora Indonesia (FDI), buku Jokowi's White Paper akan didistribusikan hingga 25 negara.