Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan bahwa Indonesia bukan hanya negara biasa, melainkan menjadi salah satu pusat evolusi dan adaptasi manusia purba. Ungkapan itu ia sampaikan saat pembukaan pameran bertajuk "Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus" di Museum Nasional Indonesia, beberapa waktu lalu.
Dalam sambutannya, Fadli Zon menekankan peran penting Indonesia sebagai Ia menjelaskan bahwa sebaran fosil manusia purba di Indonesia menjadikan Nusantara sebagai ruang hidup yang penuh dinamika bagi manusia purba. Hal ini membuktikan kemampuan luar biasa mereka dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang sangat cepat.
Salah satu koleksi yang menjadi sorotan utama dalam pameran ini adalah tengkorak Homo erectus yang dikenal dengan nama S-17. Fosil ini merupakan yang paling lengkap di dunia, dan untuk pertama kalinya dipamerkan kepada publik dalam pameran ini.
Selain itu, pameran ini juga menampilkan temuan fosil fauna purba, seperti Mastodon dan Stegodon, yang memperkaya narasi tentang ekosistem awal Nusantara. Temuan-temuan ini semakin memperkuat pemahaman kita bahwa Indonesia memiliki kontribusi besar dalam perjalanan panjang evolusi manusia.
Fadli Zon juga menyampaikan pandangannya mengenai teori "Out of Africa" yang selama ini mendominasi pembahasan asal-usul manusia. Menurutnya, dengan penemuan fosil manusia purba di Indonesia, narasi tersebut memperoleh perspektif baru.
Baca Juga: Soal Seni dan Kebudayaan, Ini Pesan Garin Nugroho untuk Presiden Prabowo
Indonesia tidak hanya menjadi bagian dari sejarah manusia purba, tetapi juga menjadi titik awal yang sangat penting dalam bab besar evolusi manusia. "Indonesia sekali lagi menjadi saksi dan berperan sentral sebagai episentrum adaptasi, inovasi, dan keberlanjutan," ujarnya.
Pameran ini juga menjadi simbol komitmen Kementerian Kebudayaan di bawah kepemimpinan Fadli Zon untuk memajukan budaya Indonesia di tengah peradaban dunia. Fadli menegaskan bahwa pameran ini mengingatkan dunia bahwa bab pertama peradaban manusia tidak hanya dimulai di Afrika, tetapi juga berkembang di Nusantara, yang memiliki kekuatan dan kompleksitasnya sendiri.
"Melalui pameran ini, kita menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya saksi, tetapi juga bagian penting dalam sejarah peradaban manusia," tambahnya.
Tak hanya itu, Fadli Zon juga memberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan pameran ini, termasuk para peneliti, kurator, dan pengelola museum, seperti Museum Geologi Bandung, Situs Sangiran, dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
Baca Juga: Fadli Zon: Semoga Film Dapat Jadi Cerminan Budaya dan Jati Diri Bangsa
Ia berharap pameran ini dapat menjadi langkah besar dalam menegaskan peran Indonesia di panggung dunia sebagai episentrum peradaban purba. Pembukaan pameran ini juga disertai dengan peluncuran buku Prasejarah dan Museum Sejarah Indonesia yang ditandai dengan pemukulan tifa dan pertunjukan multimedia yang meriah.
Selain Menteri Kebudayaan, acara ini juga dihadiri oleh para duta besar dari berbagai negara, seperti Duta Besar Belanda, India, Malaysia, dan Ethiopia, yang menunjukkan dukungan internasional terhadap peran Indonesia dalam sejarah peradaban dunia.
Pameran "Indonesia, The Oldest Civilization on Earth?" akan berlangsung hingga 20 Januari 2025 dan terbuka untuk umum. Pameran ini diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda untuk lebih mengenal dan melestarikan warisan budaya Indonesia, serta mendorong negara ini untuk terus berperan sebagai pusat pembelajaran peradaban dunia, yang menghubungkan sejarah dengan masa depan yang lebih cerah.