Sastrawan sekaligus Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Anton Kurnia menyebut novelis sekaligus penulis kawakan Eka Kurniawan layak menerima penghargaan bergengsi nobel sastra.  

Menurut Anton, Eka Kurniawan adalah penulis besar yang sejumlah karyanya sudah mendunia bahkan sudah diterjemahkan lebih dari 30 bahasa di dunia termasuk bahasa Swedia yang menjadi negara asal penghargaan nobel sastra. Anton bilang, sudah saatnya karya-karya Eka Kurniawan menjadi perhatian publik internasional. 

Baca Juga: Soal Status Keanggotaan di PDI-P, Jokowi Ngaku Masih Pegang KTA

Selain karena sosoknya yang sudah sangat populer di mata penikmat sastra dunia, Eka Kurniawan, kata Anton layak diberi nobel sastra karena kualitas karyanya. Penulis ‘Cantik itu Luka’ tersebut lanjut Anton tak hanya berkutat pada karya tulis seputar kehidupan asmara atau romantisme percintaan semata, namun ia merambah berbagai isu yang menjadi perhatian global termasuk masalah lingkungan hidup yang digarap dengan penuh kesungguhan dan disajikan lewat karya-karya sastra yang ciamik.  

“Menurut saya pribadi yang layak mendapatkan Nobel Sastra adalah Eka Kurniawan,” kata Anton dilansir Olenka.id Rabu (4/12/2024). 

Tanpa ada maksud mengesampingkan penulis-penulis lain di Indonesia yang juga punya segudang karya mentereng, bagi Anton, Eka Kurniawan adalah satu-satunya penulis yang berada di level berbeda, posisinya tak bisa disetarakan dengan penulis lainnya.

Terpilih menjadi salah satu Global Thinkers of 2015 dari jurnal Foreign Policy pada tahun 2016 dan menjadi penulis Indonesia pertama yang dinominasikan untuk Man Booker International Prize adalah bukti pengakuan dunia internasional pada kehebatan Eka Kurniawan. 

“Dia sudah mendapatkan berbagai penghargaan termasuk penghargaan kelas dunia. Jadi saya kira ini salah satu penantang paling menarik untuk penghargaan nobel sastra dari Indonesia,” ujar Anton. 

Sekedar info, Nobel Sastra adalah penghargaan paling bergengsi yang diberikan kepada para penulis, penyair atau mereka dengan karya penulisan yang dianggap luar biasa. Karya yang diberi penghargaan Nobel Sastra  bisa berupa novel, kumpulan puisi, hingga biografi.

Baca Juga: Effendi Simbolon Didepak PDI-P, Jokowi: Emang Kenapa Kalau Kami Bertemu?

Ajang penghargaan ini sudah dilaksanakan secara rutin setiap tahun dan sudah berlangsung sekitar 120an tahun. Di masa lampau, sejumlah nama penulis Indonesia sempat masuk menjadi nominator peraih penghargaan tersebut seperti Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis dan Kuntowijoyo, namun ketiga nama itu masih belum beruntung.