2. Kalla Group
Kalla Group juga disebut-sebut sebagai Raja Listrik Indonesia Timur. Menukil dari pemberitaan Kompas, melalui PT Poso Energy, Kalla Group telah membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Poso di Sulawesi Tengah dan telah menghasilkan listrik sejak 2012 silam. Bahkan, PLTA Poso menjadi pembangkit energi baru terbarukan terbesar di Indonesia Timur dengan total kapasitas 515 megawatt.
Selain PLTA Poso, ada sejumlah proyek yang juga dikembangkan oleh Kalla Group. Di antaranya adalah PLTA Poso 3 dan Poso 4, PLTA Tumbuan Mamuju Atas, PLTA Tumbuan Mamuju Bawah yang berada di Sulawesi Barat, dan PLTA Kerinci Merangin
Sementara PLTA Malea yang dikembangkan oleh PT Malea Energy di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, mulai beroperasi sejak tahun 2021 dengan kapasitas mencapai 90 MW. Kehadiran PLTA Poso dan PLTA Malea dinilai berhasil mendorong peningkatan kontribusi energi terbarukan di Sulawesi hingga mencapai 38,8 persen.
Presiden Direktur Grup Kalla yang juga merupakan putra dari Jusuf Kalla, Solihin mengatakan, pihaknya berkomitmen dalam pemenuhan target emisi nol bersih (net zero emission/NZE) pada 2060. Lewat PT Poso Energy dan PT Malea Energy, kontribusi diberikan dalam percepatan transisi energi.
3. Sinar Mas Group
Sinar Mas Group, konglomerat terkemuka yang dimiliki keluarga Widjaja, adalah salah satu grup usaha terkaya di Indonesia. Melalui PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) — yang pernah berada di bawah pengawasan mendiang Franky Oesman Widjaja — Sinar Mas Group turut mencatat sejarah bisnis dalam industri pembangkit listrik dan sektor lainnya.
Mengutip dari laman CNBC Indonesia, DSSA memiliki tujuh pembangkit listrik. Empat di antaranya merupakan pembangkit listrik captive yang terletak di Serang, Karawang-1, Karawang-2, dan Tangerang. Sementara tiga lainya adalah IPP yang berada di Sumsel-5, Kalteng-1, dan Kendari-3.
Hingga tahun 2021, total kapasitas pembangkit listrik perusahaan mencapai 900 Megawatt. Secara rinci, pembangkit captive atau di luar PLN sebesar 300 MW dan kapasitas pembangkit swasta (IPP) sebesar 600 MW.
Sekadar Growthmates ketahui, listrik captive merupakan pembangkit listrik yang digunakan dan dikelola oleh pengguna energi industri atau komersial untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka sendiri. Sementara itu, IPP adalah proyek pembangkit listrik yang seluruh pendanaan dan kepemilikannya ditanggung oleh swasta.