Dari sekian banyak ajang lomba lari yang telah diikuti, menghadapi Bitje menjadi yang paling fenomenal, itu adalah momen yang paling diingat sampai sekarang.
“Itulah momen yang tak pernah saya lupakan sepanjang hidup. Pertandingan yang sangat mendebarkan. Kami berlari. Tepuk tangan riuh membahana. Saya sungguh tidak mau melihat Bitje. Saya tak mau kekhawatiran di arena mengacaukan emosi saya,” ucapnya.
“Fokus saya hanya tertuju pada diri sendiri dan lintasan lari. Saya harus mampu mencapai garis finish lebih dulu. Tak boleh ada yang mengalahkan saya. Segenap tenaga saya kerahkan. Kedua kaki saya menebas udara dengan cepat, menyusuri jalan-jalan raya Gorontalo diiringi gemuruh tepuk tangan dan teriakan penonton. Luar biasa penuhnya penonton di sepanjang sisi jalan. Saya mendengar nama saya diserukan juga nama Bitje,” kenangnya.
Baca Juga: Wajar Prabowo Kasih Rolex untuk Skuad Garuda: Piala Dunia Spesial!
Kekuatan tekad Ciputra mempertahankan apa yang telah ia peroleh dengan susah payah nyatanya membuahkan hasil, pertandingan fenomenal itu sukses ia menangkan, prestasi yang sudah ia rengkuh tak pernah terlepas dari genggamannya, harga dirinya tetap tergantung di langit, tetapi kakinya tetap menginjak tanah, ia tetap rendah hati dan menaruh hormat setinggi-tingginya kepada para penantangnya.
“Saya juara pertama, dan Bitje juara kedua. Ia tampak tak puas, tapi mau bilang apa. Tak dipungkiri, saya sangat kagum padanya. Tidak pernah ada pelari yang berhasil mendekati saya sedemikian dekat di lintasan lari. Bitje sangat hebat,” ucapnya.
“Ia bisa saja memenangkan pertandingan karena memang kemungkinannya untuk bisa menyusul saya sangatlah besar. Bagaimanapun saya salut padanya. Sekali-kalinya ia ikut lomba lari dan ia bisa menjadi juara kedua. Saya mengucapkan selamat padanya. Dua remaja Tionghoa berjaya di lintasan lari Gorontalo,” tambahnya memungkasi.