Prinsip dan ritme kerja Ciputra membawa sederet manfaat bagi perusahaan, tetapi di sisi lain karyawan justru merasa tertekan, itu sebabnya ia banyak dibenci banyak orang, tetapi dari sini pula, Ciputra menyadari bahwa menjadi tegas adalah menjadi pribadi yang berani melukai. 

“Total, habis-habisan, dan sempurna. Akibatnya, banyak yang merasa tertekan. Orang-orang mengatakan saya galak. Mereka yang habis saya marahi bisa gemetar menahan kencing. Suara saya menggelegar. Dan saya paling tidak suka mendengar jawaban salah. Saya seorang perfeksionis,” katanya lagi. 

Membangun Hari Esok 

Dari proyek Senen pula, Ciputra belajar perlahan-lahan untuk menjadi pemimpin yang tegas dan bijaksana. Jaya dengan segala persoalannya selama menangani Proyek Senen menempanya menjadi pemimpin yang berorientasi pada keberhasilan dan kebanggaan bersama. Prinsip kerja seperti ini yang kemudian ditanamkan pada para karyawan bahwa segala yang dibuat akan menjadi sejarah.

“Visi. Tujuan. Harapan ke depan. Itu menjadi napas kerja kami. Orang-orang di Jaya jangan hanya bekerja untuk mencari penghasilan. Mereka juga harus ribusi menciptakan jejak kebaikan dalam sejarah karya kami. Kita tidak hanya mendirikan bangunan. Kita menciptakan hari esok yang lebih baik,” ucapnya lagi. 

Praktis setelah terlibat dalam Proyek Senen, visi Ciputra makin bertumbuh. Dari seorang konsultan proyek di Bandung yang hanya untuk proyek orang lain menjadi orang yang dipercaya untuk mengerjakan proyek mandataris pemerintah seperti Proyek Senen, dan akhirnya menjadi seorang Ciputra yang tak bisa membendung visi yang lebih dahsyat, yakni ingin menjadi pengembang. 

Baca Juga: Jokowi Dikabarkan Krtis, Begini Pernyataan Ajudan Pribadi, Simak!

Mencari tanah sendiri. Mengendus potensi masa depan dari sebuah lahan luas. Memikirkan dan menentukan akan dijadikan apa lahan itu. Mengerahkan ide dan konsep untuk menyulap lahan terpencil jadi luar biasa dan menciptakan suatu kehidupan penuh dinamika di sebuah kawasan yang semula tak diperhitungkan orang. 

“Betapa hebatnya jika saya bisa melakukan itu. Di dalamnya ada unsur penciptaan. Ada unsur idealisme. Dan tentu ada tempaan untuk menjadi seseorang yang visioner. Jika hanya bekerja menyelesaikan order, saya tidak akan pernah menjadi seorang pencipta. Pengembang. Developer. Pelopor pembangunan suatu kawasan,” ucapnya. 

“Saat itu saya sadar, membangun karakter kerja dan menajamkan visi ke depan memerlukan teladan dan contoh. Memerlukan pembelajaran dari pihak lain. Memang benar, learning by doing akan membuat pintar kami seiring waktu berjalan. Tetapi kami juga memerlukan sesuatu untuk diamati, dikagumi, dan dicontoh. Saya harus melihat negara lain dan apa yang terjadi di sana,” pungkasnya.