Maestro properti Tanah Air Ciputra merupakan salah satu tokoh yang punya peran penting dalam proyek revitalisasi Pasar Senen, Jakarta Pusat di awal-awal kemerdekan bangsa Indonesia. Kendati itu adalah mega proyek perdana yang melelahkan dan sarat hentakan emosi, ia memberi memberi banyak pembelajaran bagi Ciputra.
"Dari Proyek Senen saya belajar sangat dahsyat. Amat dahsyat. Pelajaran yang memengaruhi cara berpikir seorang Ciputra ke depan. Proyek Senen membuka mata saya tentang bagaimana bisnis menjadi bagian dari objek kebijaksanaan kita,” kata Ciputra dilansir Olenka.id Kamis (3/7/2025).
Baca Juga: Pelajaran Hidup Ciputra dari Proyek Senen: Kesuksesan Besar yang yang Menorehkan Luka Batin
Meski begitu, Ciputra punya prinsip yang luar biasa kokoh, ia tak mau dirinya terjebak hanya memikirkan uang, karena hal itu akan membelitnya dalam lingkaran setan yang tak akan membawa kebaikan dalam hidup. Baginya Didalam bisnis seharusnya ada wisdom. Ada kehendak baik. Ada tujuan mulia.
“Jika kau tak memiliki tujuan mulia, dan hanya mencari keuntungan semata, maka kau tidak sedang membangun diri. Kau harus percaya bahwa semesta menyerap energi kita dan memantulkannya kembali sebagai buah dari perbuatan kita. Pebisnis yang bercita-cita baik dan menjalankan pekerjaannya dengan cara yang baik serta penuh kegigihan, niscaya akan mendapatkan jalan yang lapang. Itu sudah menjadi kunci kerja saya semenjak mengerjakan Proyek Senen,” tuturnya.
Dibayangi Aksi Penggusuran
Ciputra sendiri jelas sangat bangga dengan proyek revitalisasi Pasar Senen yang direstui langsung oleh Presiden Soekarno itu. Tetapi di sisi lain hatinya tersayat mengingat wajah-wajah yang kehilangan tempat tinggal akibat penggusuran imbas proyek revitalisasi itu. Ingatan ini datang dan menetap di pikiran Ciputra, itu tidak pernah ia lupakan.
“Saya bangga akan Proyek Senen. Namun, sejujurnya setiap kali mobil saya kebetulan melintas di depan kawasan itu, hati saya perih Ingatan akan wajah orang-orang yang menangis meraung, mengamuk, atau bahkan menjadi gila akibat tergusur, tak pernah bisa terusir dari benak saya,” tuturnya.
Meski ia hanya menjadi salah satu eksekutor penataan ulang Pasar Senen dan tak terlibat dalam aksi penggusuran yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta namun peristiwa itu membekas, bagi Ciputra ia sudah terlibat dalam satu aksi yang menyakiti hati banyak orang. Hasil perenungan ini yang kelak membentuk dirinya menjadi seorang pebisnis hebat.
Baginya, berbisnis bukan sekadar mencari keuntungan, hakikat dari berbisnis harus melahirkan kebaikan,manfaat, dan keuntungan bagi orang lain sehingga keuntungan yang didapatkan akan menjadi berkat.
“Saya tidak pernah percaya bahwa kita bisa menyeimbangkan hidup melalui cara: berbisnis seuntung-untungnya walau dengan cara tak baik, lalu beramal sebaik-baiknya. Bagi saya,nilai-nilai yang baik harus menyatu dengan segala yang kita perbuat. Termasuk dalam berbisnis. Itulah yang akhirnya membentuk visi saya dalam bekerja. Setiap kali memulai karya, saya selalu menatap jauh ke depan. Akan menjadi apa karya yang saya buat,” tuturnya.
Keberhasilan Proyek Senen akhirnya memotori langkah PT Pembangunan Jaya untuk berlari cepat. Jakarta memang menantang untuk diolah. Langkah-langkah Jaya selanjutnya sangat diwarnai oleh tumbuh kembang kematangan jiwa Ciputra. Jaya tidak semata tumbuh berdasarkan strategi bisnis dan hitung-hitungan keuntungan.
“PT Pembangunan Jaya saya tumbuhkan antara lain juga dengan suara jiwa saya. Ada sinergi antara kepentingan bisnis dan cita-cita saya untuk menciptakan kehidupan yang baik bagi orang lain. Saya akan menceritakan filosofi yang mengiringi pertumbuhan perusahaan ini. Ada begitu banyak buku yang menuliskan langkah-langkah bisnis saya,” tuturnya.
Sekolah Kehidupan
Ciputra sadar betul bahwa semua ilmu yang didapat dari Institut Teknologi Bandung (ITB) belum cukup menunjang kecakapannya sebagai seorang arsitektur. Ia mesti didukung oleh pengalaman atau sekolah kehidupan.
Pelajaran tambahan di luar kelas itu didapat Ciputra saat menahkodai PT Pembangunan Jaya saat menangani proyek Senen dan sejumlah proyek bergengsi di Jakarta. Dari sini kita bisa melihat Ciputra yang sekarang ini menjadi salah satu tokoh yang tegas dan tak neko-neko.
“Saya mendapatkan sekolah kehidupan yang dahsyat selama mengelola PT Pembangunan Jaya, atau saya sebut saja dengan Jaya. Di sana saya ditempa untuk menjadi seorang pemimpin yang tegas,” tuturnya.
“Pada awalnya saya belum tahu bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Saya mengikuti naluri saja. Pokoknya proyek harus selesai dengan excellent. Proses kerjanya juga harus excellent. Tidak boleh ada staf yang bekerja malas-malasan atau asal-asalan. Saya ingin orang bekerja seperti diri saya,” tambahnya.
Prinsip dan ritme kerja Ciputra membawa sederet manfaat bagi perusahaan, tetapi di sisi lain karyawan justru merasa tertekan, itu sebabnya ia banyak dibenci banyak orang, tetapi dari sini pula, Ciputra menyadari bahwa menjadi tegas adalah menjadi pribadi yang berani melukai.
“Total, habis-habisan, dan sempurna. Akibatnya, banyak yang merasa tertekan. Orang-orang mengatakan saya galak. Mereka yang habis saya marahi bisa gemetar menahan kencing. Suara saya menggelegar. Dan saya paling tidak suka mendengar jawaban salah. Saya seorang perfeksionis,” katanya lagi.
Membangun Hari Esok
Dari proyek Senen pula, Ciputra belajar perlahan-lahan untuk menjadi pemimpin yang tegas dan bijaksana. Jaya dengan segala persoalannya selama menangani Proyek Senen menempanya menjadi pemimpin yang berorientasi pada keberhasilan dan kebanggaan bersama. Prinsip kerja seperti ini yang kemudian ditanamkan pada para karyawan bahwa segala yang dibuat akan menjadi sejarah.
“Visi. Tujuan. Harapan ke depan. Itu menjadi napas kerja kami. Orang-orang di Jaya jangan hanya bekerja untuk mencari penghasilan. Mereka juga harus ribusi menciptakan jejak kebaikan dalam sejarah karya kami. Kita tidak hanya mendirikan bangunan. Kita menciptakan hari esok yang lebih baik,” ucapnya lagi.
Praktis setelah terlibat dalam Proyek Senen, visi Ciputra makin bertumbuh. Dari seorang konsultan proyek di Bandung yang hanya untuk proyek orang lain menjadi orang yang dipercaya untuk mengerjakan proyek mandataris pemerintah seperti Proyek Senen, dan akhirnya menjadi seorang Ciputra yang tak bisa membendung visi yang lebih dahsyat, yakni ingin menjadi pengembang.
Baca Juga: Jokowi Dikabarkan Krtis, Begini Pernyataan Ajudan Pribadi, Simak!
Mencari tanah sendiri. Mengendus potensi masa depan dari sebuah lahan luas. Memikirkan dan menentukan akan dijadikan apa lahan itu. Mengerahkan ide dan konsep untuk menyulap lahan terpencil jadi luar biasa dan menciptakan suatu kehidupan penuh dinamika di sebuah kawasan yang semula tak diperhitungkan orang.
“Betapa hebatnya jika saya bisa melakukan itu. Di dalamnya ada unsur penciptaan. Ada unsur idealisme. Dan tentu ada tempaan untuk menjadi seseorang yang visioner. Jika hanya bekerja menyelesaikan order, saya tidak akan pernah menjadi seorang pencipta. Pengembang. Developer. Pelopor pembangunan suatu kawasan,” ucapnya.
“Saat itu saya sadar, membangun karakter kerja dan menajamkan visi ke depan memerlukan teladan dan contoh. Memerlukan pembelajaran dari pihak lain. Memang benar, learning by doing akan membuat pintar kami seiring waktu berjalan. Tetapi kami juga memerlukan sesuatu untuk diamati, dikagumi, dan dicontoh. Saya harus melihat negara lain dan apa yang terjadi di sana,” pungkasnya.