CEO Martha Tilaar Group Kilala Tilaar menyimpan sejumlah cerita unik setelah dirinya terjun langsung untuk ikut mengurus perusahaan keluarganya. Sebagai generasi kedua dan merupakan putra Martha Tilaar, Kilala memang langsung mendapatkan kesempatan untuk ikut mengembangkan perusahaan keluarga tersebut setelah menamatkan berbagai jenjang pendidikannya termasuk menuntaskan studinya di Harvard University.
Namun tidak seperti kebanyakan keluarga pengusahaa yang langsung diupah selangit begitu bergabung dengan perusahaan keluarga, Kilala justru mendapat upah minimalis di Martha Tilaar Group kendati dirinya punya jabatan mentereng.
Dalam sebuah kesempatan, Kilala menceritakan dirinya bahkan hanya diupah Rp3,5 juta per bulan, padahal ia memegang jabatan penting di perusahaan tersebut dan punya riwayat pendidikan mumpuni.
Baca Juga: Kisah Sukses Soedomo Mergonoto, Sang Kernet Bemo yang Melabuhkan Kapal Api di Pasar Internasional
“Saya lulusan Harvard, tapi gaji saya waktu itu Rp3.5 juta (per bulan) kira-kira ya. Nah ini, ini frustasi banget. 10 tahun pertama, oke, gue nggak apa-apalah, nanti punya gue kan gitu kan. Tapi lama-lama, jenuh ya,” kata Kilala ditulis Olenka.id Sabtu (28/12/2024).
Kendati sakit hati diupah segitu, namun Kilala mencoba bersabar, sampai pada satu titik ia benar-benar marah dan putus asa setelah 15 tahun tak mengalami kenaikan gaji.
Kemarahannya memuncak setelah mengetahui sejumlah bawahannya justru menerima upah yang jauh lebih besar dari dirinya. Dalam pergumulan batinnya Kilala memutuskan untuk hengkang dari perusahaan keluarga itu dan mencari tempat kerja lain dengan upah yang lebih layak.
Kilala merasa dirinya tak dihargai di perusahaan keluarga itu, ia bahkan sempat menerima tawaran dari sebuah perusahaan multinasional yang berbasis di Singapura.
“Akhirnya pernah ngomong juga sih, saya mau kerja di tempat lain, saya bilang. Saya sempat berontak sih. Saya pikir, yuk, nggak dihargai saya kan gitu. Saya kerja udah kayak begini. Bahkan saya pernah tandatangan cek untuk gaji bawahan saya yang dua sampai tiga kali lipat lebih besar daripada gaji saya,” ujarnya.
Pesan Ayah
Kendati kesal dan putus asa namun Kilala urung meninggalkan Martha Tilaar Group dan merintis karier secara mandiri. Hal ini tidak terlepas dari didikan orang tuanya, dimana Kilala saudara-saudaranya selalu diajarkan mengenai pentingnya kesabaran.
Kilala mengakui, ayahnya yang adalah seorang pendidik memang menggembleng mereka sedari kecil supaya kelak tumbuh menjadi pribadi tangkas dan terlatih menghadapi berbagai tantangan.
Baca Juga: Mengelola Bisnis Ala Keluarga Tilaar: Satu Kapal Satu Nakhoda
“Tapi ya, dijalanin ya, disabarin karena papa saya juga seorang pendidik, profesor pendidikan. Dia yang selalu memberikan semangat bahwa ini kan nanti kamu (yang menjalankan perusahaan keluarga ini),” ujarnya.
“15 tahun lebih kan saya di dunia ini yang dididiknya di kawah candradimuka ya. Betul itu istilahnya tuh. Iya, jadi kita bener-bener diterjunkan di satu kawah panas, terus ya kita harus survive gitu. Ya mungkin itu,”tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Kilala mengatakan untuk menahkodai sebuah perusahaan yang mampu menjawab berbagai tantangan zaman memang butuh perjuangan yang berdarah-darah. Seorang pemimpin tangguh tak lahir secara instan, ia digembleng di berbagai medan yang tak gampang.
“Jadi kalau pernah berontak, sering, nangis sering sih. Saya nggak malu gitu bahwa ya memang penuh dengan keringat dan nangisan sih Pak. Pernah juga, udah mau goodbye ini, tapi ya udah nggak jadi,” pungkasnya.