Sebagian generasi Z (gen Z) sudah memasuki dunia kerja. Sayangnya, generasi yang lahir antara tahun 1997–2012 tersebut dinilai memiliki sejumlah karakter kurang baik seperti rentan terhadap tekanan dan sulit mengikuti instruksi yang berdampak pada kurangnya penilaian masyarakat atas kemampuan kerja mereka.

Dalam diskusi yang digelar Universitas Paramadina secara daring, Psikolog Tia Rahmania, M.Psi yang juga Dosen Universitas Paramadina menjelaskan secara rinci bagaimana karakter Gen Z sebenarnya. Sebagai generasi peralihan dari generasi Y atau milenial, gen Z kini berada di fase remaja dan awal dewasa awal.

Baca Juga: Indonesia Millennial and Gen Z Report 2025: Ciptakan Strategi untuk Berinteraksi dengan Generasi Muda

"Berbicara tentang gen Z tidak boleh melupakan fakta bahwa mereka kini berada di fase remaja dan awal dewasa awal. Mereka juga dikenal sebagai generasi pertama yang tumbuh dengan dunia internet. Mereka terbiasa mendapat informasi yang sangat masif dalam durasi yang singkat," jelasnya pada Jumat (25/10/2024).

Sebagian gen Z dikenal kurang disiplin dan terlalu banyak menuntut. Mereka juga berorientasi pada hasil, bukan proses yang menyebabkan mereka dinilai kurang "tahan banting" dan rentan terkena stres. Meski begitu, generasi ini juga memiliki kelebihan seperti sangat mandiri, memiliki motivasi untuk berkembang, multitasking, dan sangat peduli dengan alam/orang lain.

"Oleh karena itu, perusahaan perlu mengadopsi beberapa kebijakan yang dapat mendukung perkembangan gen Z seperti membangun lingkungan yang fleksibel, memberikan peluang pertumbuhan yang jelas, serta memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan karyawan," jelas Tia.

Menurutnya, transparansi merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan gen Z. Menjelaskan tujuan dan hasil serta dampak yang diraih dari pekerjaan yang dilakukan dapat melecut semangat para pekerja gen Z daripada hanya memberi instruksi dan menuntut laporan. Gen Z juga dikenal sangat peduli terhadap masalah lingkungan dan menjunjung tinggi kesetaraan.

"Menyadari hal tersebut, kami di GoTo membuat sejumlah program yang dapat mengoptimalkan potensi gen Z dengan mengadopsi kebutuhan mereka seperti memberikan berbagai pelatihan lewat Engineering Bootcamp, Associate Product Manager Bootcamp, serta Generasi Gigih," terang Nila Marita, Direktur Corporate Affairs at GoTo.

Selain itu, GoTo juga menerapkan budaya perusahaan yang sangat memedulikan isu sosial seperti lingkungan dan mengembangkan teknologi yang inklusif untuk semua orang dengan berbagai kebutuhan, termasuk kelompok difabel. Salah satunya, GoTo meluncurkan program GoGreen Collective Tree yang bertujuan untuk mengurangi jejak karbon dan membuat bumi lebih hijau.

"Tak kalah penting, GoTo juga menghadirkan sejumlah fasilitas yang berpusat pada work-life balance para pekerja. Kami memastikan para karyawan mendapat dukungan sosial lewat 24/7 Counselling Support yang dapat diakses secara online. GoTo juga menghadirkan aktivitas seru guna mempertemukan para karyawan dari berbagai jabatan dan lintas divisi, seperti pertandingan olahraga dan gelaran GoTo Haloween Costume Contest," jelasnya.

Secara rinci, Nila Marita menjelaskan bagaimana cara perusahaan mengadopsi kebutuhan gen Z untuk mengoptimalkan potensi mereka di tempat kerja, yakni:

  1. Meningatkan transparansi dalam berbagi informasi;
  2. Menunjukkan jalur perkembangan karier;
  3. Menjelaskan mengapa setiap kontribusi individu penting dan memberikan umpan balik yang spesifik;
  4. Memberikan ruang untuk otonomi;
  5. Mendukung mereka dengan membangun koneksi profesional; serta
  6. Memprioritaskan kesejahteraan dan kesehatan mental.