Direktur Utama PT Pertamina Drilling Services Indonesia (Pertamina Drilling), Avep Disasmita, hadir sebagai pembicara utama dalam Seminar Ilmiah Mahasiswa (SIM) ke-3 yang digelar Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Jumat (4/7).
Adapun, dalam paparannya yang berjudul "Redefining Upstream Oil and Gas: Pertamina Drilling's Role in Innovating for the Future of Energy Sustainability", Avep menegaskan pentingnya peran inovasi dalam menjawab tantangan transisi energi global.
Dalam skenario kebijakan energi regional Asia Tenggara (Stated Policies Scenario), konsumsi energi diprediksi mencapai lebih dari 50 ExaJoule. Namun, peningkatan ini berbanding lurus dengan potensi kenaikan emisi karbon hingga 2,5 GtCO₂. Oleh karena itu, negara-negara di kawasan ini mulai beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan, seperti gas alam dan energi nuklir, menggantikan dominasi batu bara yang saat ini menyumbang sekitar 30 persen pasokan energi.
Baca Juga: Pertamina Drilling Tajak Sumur Eksplorasi di Papua Barat Daya, Gunakan Rig Bertenaga 1.500 HP
Baca Juga: Perwira Pertamina Drilling Paparkan Inovasi PRIMA di Japan Energy Summit & Exhibition 2025
Hingga tahun 2050, minyak dan gas bumi tetap memainkan peran penting dalam transisi ini, menyumbang lebih dari 40 persen dari total energi yang dikonsumsi. “Misi kami adalah menjadikan industri pengeboran migas tidak hanya relevan, tetapi juga berkelanjutan dan efisien,” ujar Avep dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/7/2025).
Strategi Inovasi Drilling Berbasis ESG
Dalam menghadapi tantangan seperti target Net Zero Emissions (NZE) 2060 dan meningkatnya jumlah marginal field, Pertamina Drilling menekankan tiga pilar utama: keamanan operasional, prediksi geosains yang akurat, dan operasi pengeboran yang efisien.
“Sekitar 50–80 persen biaya pengembangan sumur berasal dari aktivitas pengeboran. Maka efisiensi dan inovasi menjadi kunci untuk menekan biaya sekaligus meningkatkan produktivitas,” jelas Avep.
Pertamina Drilling menghadirkan empat strategi inovasi utama, yaitu Efisiensi pengeboran berbiaya rendah, Peningkatan rasio pengurasan cadangan, Keterlibatan proyek sejak tahap perencanaan awal atau manajemen proyek end-to-end dan Teknologi pengeboran yang lebih ramah lingkungan.