Founder Cimory Group, Bambang Sutantio, memulai perjalanan bisnisnya bukan semata-mata karena peluang industri, melainkan dari kepeduliannya terhadap kesejahteraan peternak sapi perah di kawasan Cisarua. 

Ia melihat bagaimana peternak lokal selama ini hanya bergantung pada koperasi dengan harga jual susu yang kurang menguntungkan. Berangkat dari kepedulian tersebut, Cimory hadir dengan misi sederhana, namun berdampak besar, yaitu meningkatkan pendapatan peternak sekaligus menciptakan ekosistem peternakan yang lebih maju dan berdaya saing.

Menurut Bambang, sejak awal Cimory tidak hanya membeli susu peternak, tetapi juga berperan aktif dalam meningkatkan kualitas peternakan melalui pelatihan, pendampingan teknis, dan fasilitas yang lebih baik. 

Ia bahkan menantang para peternak dengan menawarkan harga 10% lebih tinggi dari harga pasar Jakarta, dengan syarat bahwa Cimory diberikan ruang untuk membantu meningkatkan kualitas susu mereka. Langkah ini bukan sekadar transaksi, melainkan investasi sosial jangka panjang untuk membangun fondasi industri susu Indonesia.

Namun perjalanan tersebut tidak mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah kualitas susu mentah yang saat itu memiliki kandungan bakteri sangat tinggi, mencapai 30 juta per mililiter, jauh dari standar ideal. 

Baca Juga: Founder Cimory Group: Investasi Terbaik Bukan pada Bisnis, tapi pada Anak-anak

Banyak praktisi luar negeri menyarankan agar peternakan dengan kualitas rendah seperti itu ditutup saja. Namun, Bambang memilih jalan berbeda. Dengan kesabaran dan keyakinan, ia mengembangkan proses pengolahan yang inovatif, mulai dari pasteurisasi hingga fermentasi, untuk memastikan susu tetap aman dikonsumsi.

“Di awal saya mulai dari hal kecil, bahkan dari garasi, menyerap susu dari satu peternak saja. Tetapi saya yakin, dengan edukasi dan peningkatan fasilitas, kualitas pasti akan membaik,” ujar Bambang dikutip Olenka, Rabu (5/11/2025).