Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Saratoga Investama Sedaya Tbk menyepakati pembagian dividen sebesar Rp298,43 miliar atau setara Rp22 per lembar untuk tahun buku 2023. Meski merugi, dividen tetap dibayarkan sebagai apresiasi kepada para pemegang saham.
Direktur Keuangan Saratoga, Lany D. Wong, mengatakan bahwa hingga akhir tahun 2023, arus kas dividen dan hasil divestasi Saratoga mencapai level tertinggi, yakni Rp3,9 triliun. Menurutnya, dukungan arus kas yang kuat menjadi pertimbangan Saratoga dalam rencana pembagian dividen tersebut.
Baca Juga: Kinerja Tumbuh Positif, ABM Investama Bagikan Dividen US$50 Juta dari Laba Tahun 2023
"Kinerja keuangan Saratoga didukung oleh pencapaian perusahaan-perusahaan portofolio dan kesuksesan strategi perusahaan dalam menjalankan investasi dan divestasi," ungkap Lany dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 16 Mei 2024.
Ia menambahkan, Saratoga akan memperkuat investasi di portofolio yang sudah matang, seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA), PT Mitra
Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Pada saat yang sama, Saratoga juga meningkatkan investasi di berbagai sektor terutama sektor kesehatan (healthcare).
"Didukung likuiditas yang solid, Saratoga akan terus mengoptimalkan setiap peluang investasi dan dan berperan aktif dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia," tambahnya.
Salah satu bentuk keseriusan Saratoga dalam investasi sektor kesehatan ialah akuisisi mayoritas saham Rumah Sakit Brawijaya. Direktur Investasi Saratoga, Devin Wirawan, mengatakan bahwa akuisisi tersebut sudah dilakukan pada kuartal pertama tahun ini. Namun, ia tak menyebut nilai atas akuisisi tersebut.
"Saratoga fokus untuk terus meningkatkan investasi kami di sektor healthcare. Pada kuartal pertama 2024, Saratoga mengakuisisi kepemilikan mayoritas di Rumah Sakit Brawijaya," ungkapnya kepada media di Jakarta.
Diketahui, Rumah Sakit Brawijaya saat ini memiliki dan mengoperasikan lima rumah sakit dan dua klinik.
"Sebelum ada omnibus law kesehatan, kami sudah melihat bahwa sektor healthcare di Indonesia memiliki prospek yang cerah. Alasan lain kami masuk kembali ke sektor kesehatan, yakni karena kami memiliki rekam jejak di sektor kesehatan yang cukup berhasil. Jadi karena masih dalam ekosistem Saratoga, kami ingin meningkatkan kembali," tegas Devin.