PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) atau Saratoga Group merupakan perusahaan investasi aktif di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1997. Hingga saat ini, Saratoga telah berpengalaman lebih dari dua dekade dalam berinvestasi di berbagai sektor industri, mulai dari energi hingga teknologi digital. Saratoga memilih perusahaan-perusahaan yang dinilai memiliki potensi pertumbuhan tinggi, serta aktif dalam mengelola dan mengembangkan perusahaan investee mereka.
Mengutip laman resminya, Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno adalah dua nama pemegang saham Saratoga. Secara rinci, Edwin Soeryadjaya memegang 35.809% saham Saratoga; diikuti PT Unitras Pertama sebesar 32.721%; Sandiaga Uno sebesar 21.510%; publik sebesar 9.809%; serta 0.149% merupakan saham treasuri.
Baca Juga: Kerajaan Bisnis First Resources Group Milik Keluarga Fangiono
Berikut portofolio perusahaan yang berada dalam Saratoga Group:
- Konstruksi: Nusa Raya Cipta (NRC);
- Produk dan Layanan Konsumen: Mitra Pinasthika Mustika;
- Periklanan dan Media Digital: City Vision;
- Energi dan Mineral: Provident Agro dan Adaro Energy;
- Infrastruktur Industri: Samator Indo Gas (Samator);
- Logistik: Mulia Bosco Logistik;
- Logam mulia: Merdeka Copper Gold;
- Ekonomi Hijau dan EBT: Forest Carbon dan PT Xurya Daya Indonesia (Xurya);
- Teknologi & Infrastruktur Digital: Julo, SIRCLO, Fuse, Provident Growth, Skystar Capital, dan Tower Bersama.
1. Nusa Raya Cipta (NRC)
PT Nusa Raya Cipta Tbk merupakan perusahaan konstruksi yang menangani berbagai proyek pembangunan besar, mencakup hotel dan apartemen pencakar langit, serta proyek infrastruktur berskala besar separti jalan tol. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1975 dan merupakan anak perusahaan dari PT Surya Semesta Internusa Tbk sejak tahun 1994.
Nusa Raya Cipta resmi melakukan Initial Public Offering (IPO) pada 27 Juni 2013 dengan kode emiten NRCA. Harga penawaran saham IPO saat itu adalah Rp850 per lembar dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp260,17 miliar.
2. Mitra Pinasthika Mustika
PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk merupakan perusahaan jasa transportasi yang beroperasi sebagai distributor otomotif dan penyalur sepeda motor Honda, penyedia jasa sewa kendaraan, serta asuransi dan pembiayaan. Berdiri sejak tahun 1987, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2013 dengan kode saham MPMX. MPMX berhasil menghimpun dana IPO sebesar Rp1,35 triliun dengan harga penawaran Rp1.500 per saham.
3. City Vision
City Vision merupakan perusahaan media luar ruang yang berfokus pada jaringan LED roadside pada lokasi eksklusif dan premium. City Vision menjangkau lebih dari 2 juta penumpang setiap harinya pada 80 stasiun kereta commuter line dan antarkota yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Didirikan pada tahun 2008, perusahaan ini terus meningkatkan kemampuan digital setiap asetnya dengan teknologi AI, integrasi O2O, dan konten dinamis.
4. Provident Agro
PT Provident Agro Tbk resmi melantai di BEI pada Oktober 2012 dengan mengumpulkan dana IPO sebesar Rp654,55 miliar. Perusahaan dengan kode emiten PALM ini merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang bersertifikasi dan menjadi anggota penuh RSPO (Roundtable for Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), kelompok organisasi industri internasional dan nasional untuk pengembangan serta pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan.
PALM memproduksi minyak goreng sawit serta minyak sawit yang dijadikan sebagai bahan baku program pengembangan biofuel nasional. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2006 sebagai joint venture antara PT Saratoga Sentra Business dan PT Provident Capital Indonesia. Pada tahun 2022, Provident Agro berganti nama menjadi PT Provident Investasi Bersama Tbk.
5. Adaro Energy (Alamtri)
PT Adaro Energy Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang mengoperasikan tambang batu bara di Pulau Kalimantan. Melantai di BEI pada 16 Juli 2008, perusahaan dengan kode emiten saham ADRO ini telah berganti nama menjadi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk sejak November 2024. Perusahaan ini memproduksi envirocoal yang memiliki kandungan abu maupun sulfur yang amat rendah sehingga memungkinkan pembangkit listrik memenuhi standar batasan emisi internasional.