Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menerjang industri media massa masih belum bisa dikendalikan, sejumlah media massa ternama di Tanah Air terus melakukan efisiensi jumlah pegawai.
Ada banyak hal yang melatarbelakangi munculnya gelombang PHK ini, salah satunya karena pendapatan media massa yang merosot gara-gara jumlah iklan yang masuk terus menyusut.
Baca Juga: Badai PHK Hantam Microsoft
Anggota Komisi VII DPR sekaligus mantan jurnalis, Putra Nababan membenarkan hal itu, iklan yang selama ini menjadi nafas media memang sudah jarang dipublikasikan lewat media mainstream, banyak memasang iklan di media sosial lewat influencer ternama yang biayanya lebih terjangkau dan dipercaya lebih efektif menjangkau masyarakat.
Menurut Putra Nababan, hal yang membuat badai PHK itu tak kunjung reda adalah kegagalan perusahaan media massa menemukan model bisnis yang baru. Kegagalan itu yang membuat media massa menjadi tidak relevan lagi di era media sosial.
"Ini masalah cara bagaimana bisa menemukan model bisnis yang baru,” kata Putra Nababan dilansir Rabu (14/5/2025).
Kendati begitu Putra percaya peluang tetap ada jika pelaku industri media cepat beradaptasi dan mengubah strategi. Relevansi jurnalistik bisa dipertahankan dengan pendekatan yang sesuai dengan era digital.
"Banyak yang bisa dilakukan, tetapi harus cepat dan tepat. Itu PR-nya," ujarnya.
Putra mengakui sudah tidak aktif di dunia jurnalistik selama delapan tahun. Terkait hal itu, ia berharap para pelaku industri yang masih aktif bisa segera mengambil langkah strategis agar media arus utama tetap dibutuhkan masyarakat sehingga dapat terhindarkan dari PHK massal.