Asosiasi Garment dan Textile Indonesia atau AGTI mendukung penuh program Pemerintah Presiden Prabowo Subianto. Salah satu bukti keseriusan asosiasi ini mendukung program asta cita usungan Presiden Prabowo adalah upaya AGTI turut serta mendongkrak daya saing produk garment dan textile lokal dengan nilai ekonomi Pancasila.

AGTI juga baru-baru ini telah menemui Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk melakukan audiensi, dimana kedatangan AGTI diterima dengan baik oleh jajaran Kementerian Keuangan. 

Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto mengatakan, untuk mewujudkan ekonomi Pancasila sebagaimana yang diharapkan pemerintah, maka perlu kolaborasi lintas sektor baik antara pengusaha dan pemerintah juga pengusaha dengan sesama pengusaha. Apabila kolaborasi ini berjalan dengan baik, maka potensi ekonomi Pancasila bisa melejit dua kali lipat, bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat melampaui negara maju dan negara yang selama ini menjadi kompetitor Indonesia. 

Baca Juga: Ramuan Ajaib Purbaya Sembuhkan Industri Tekstil yang Mati Suri

Baca Juga: Ini Isi Tuntutan Aliansi Masyarakat Tekstil Indonesia (AMTI) di Hari Sumpah Pemuda...

"Kami di Asosiasi Garmen dan Tekstil Indonesia sangat yakin kalau seluruh mitra kami yaitu pemerintah, mitra pengusaha dan juga pekerja yang diwakili berbagai serikat pekerja bersatu di dalam ekonomi Pancasila pastinya kita bisa meningkatkan potensi kita dua kali lipat dan tidak impossible dan sangat mungkin bahwa kita akan melebihi dari negara-negara yang saat ini menjadi pesaing kita yang penting kita bersatu," kata Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto dalam keterangannya.

Anne menghimbau, agar seluruh stakeholder baik pemerintah, pengusaha serta berbagai serikat pekerja bersatu agar menciptakan lapangan kerja yang kondusif dan berdaya saing. "Bersatunya pemerintah, pengusaha serta serikat pekerja adalah sebuah syarat mutlak untuk mewujudkan ekonomi Pancasila," paparnya.

Anne juga meminta seluruh pengusaha garmen dan tekstil untuk selalu bahu-membahu mengembangkan ekosistem industri ini, sebab industri garmen dan tekstil juga sangat berkontribusi menyerap lapangan pekerjaan dari semua kalangan masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. 

"Karena sila ketiga kita kan persatuan Indonesia, kita ingin itu kita menghimbau kepada semua stakeholders garmen dan tekstil sayangilah industri padat karya ini karena ini memberi transformasi industri yang baik karena pekerja kita gak usah selalu harus S1, S2, gak ada pun kita bisa upayakan dalam industri 4.0 yang merupakan program dari Kementerian Perindustrian," tuturnya. 

Anne menambahkan, AGTI meyakini bahwa membangun industri TPT bukan hanya efisien dan berdaya saing, tapi juga berkeadilan sosial, sesuai prinsip Ekonomi Pancasila. Pendekatannya bukan sekadar bisnis, tapi menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja baru bersama dengan pemerintah dan pekerja sebagai mitra pengusaha dan akademisi dalam AGTI.