Budaya dan etika Jepang merupakan budaya yang dikagumi seluruh dunia. Baik itu seni, ketepatan waktu, perilaku, atau pemandangan di seluruh negeri, semuanya mengagumkan dan mengagumkan.

Dan etos kerja pria dan wanita Jepang juga patut dipuji. Mereka selalu tepat waktu, menghormati semua orang, tahu cara bertahan dalam suka dan duka, dan masih banyak lagi. Dan banyak dari hal ini berasal dari konsep dan filosofi yang telah mereka anut sepanjang hidup.

Dikutip dari Times of India, Senin (7/4/2025), berikut 7 konsep atau filosofi masyarakat Jepang yang terbukti membawa kesuksesan besar.

1. Wabi-Sabi

Sebuah konsep yang bahkan digemari oleh Elon Musk adalah ‘Wabi-Sabi’. Ini adalah filosofi yang merangkul ketidaksempurnaan, ketidakkekalan, dan keindahan siklus alami kehidupan.

Wabi-Sabi adalah filosofi yang penting untuk dipahami di dunia yang selalu menginginkan kesempurnaan, dan agar semuanya tepat sasaran dan tanpa cacat. Dan wabi-sabi mengajarkan orang untuk menghargai kekurangan dan ketidakteraturan dalam segala hal, baik dalam objek, hubungan, atau diri kita sendiri.

Seiring Anda mempelajari lebih lanjut tentang Wabi-Sabi, Anda melepaskan ekspektasi dan standar yang tidak realistis yang telah ditetapkan dunia untuk Anda, dan diri Anda sendiri.

2. Ikigai

Ikigai adalah konsep yang dikenal luas, dan untuk semua alasan yang tepat. Ikigai memberi tahu orang untuk menemukan panggilan mereka, apa yang mereka sukai dan kuasai, lalu mencoba menemukan apa yang dibutuhkan dunia sehingga Anda dapat dibayar untuk itu.

Ikigai adalah tentang melakukan apa yang Anda sukai, yang dapat menjadi bagian dari apa yang diinginkan dunia, dan jika seseorang menginginkannya, Anda akan dibayar untuk itu.

Ketika orang menemukan Ikigai mereka, dan melakukan sesuatu yang benar-benar mereka sukai, mereka memiliki alasan untuk bangun setiap pagi dengan antusias, mengerjakan tugas mereka, dan tetap termotivasi.

3. Kaizen

Kaizen berarti 'perbaikan berkelanjutan' dan merupakan prinsip dan konsep yang digunakan oleh perusahaan Jepang. Arti sederhana dari Kaizen adalah perubahan kecil yang konsisten dari waktu ke waktu akan menghasilkan kesuksesan jangka panjang suatu hari nanti.

Begitu pula dalam kehidupan pribadi, menerapkan Kaizen berarti meningkatkan diri sedikit demi sedikit setiap hari, entah itu bangun tepat waktu, segera merapikan tempat tidur, naik bus ke kantor, atau bahkan sekadar keluar 5 menit lebih awal untuk mengejar minat atau hobi.

Baca Juga: 4 Hal yang Dapat Ditiru dari Budaya Kerja Jepang

4. Gaman

Gaman adalah filosofi yang mengajarkan orang untuk menanggung segala sesuatu dengan kesabaran dan martabat, karena pada akhirnya, masa-masa sulit akan berlalu. Filosofi ini mengajarkan orang untuk mengatasi kesulitan dan menanggung segala sesuatu dengan kesabaran.

Dan seiring kehidupan modern terus dipenuhi dengan tantangan dan kegagalan, dan menyerah dari penolakan menjadi rutinitas yang normal, Gaman memberi tahu orang untuk bertahan melewatinya.

5. Shoshin

Shoshin adalah konsep lain yang menjadi bagian dari pikiran orang Jepang. Konsep ini berarti 'pikiran pemula' dan mendorong orang untuk melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang baru, ingin tahu, dan terbuka.

Shoshin memberi tahu orang-orang bahwa apa pun yang Anda tangani atau tugas apa pun yang Anda dapatkan, Anda perlu melihatnya dengan pikiran seorang pemula, bebas dari segala bias, prasangka, dan ego.

Dan karena orang-orang yang sukses dan pekerja keras tidak pernah berhenti belajar, dan tetap terbuka terhadap ide-ide, Shoshin mencoba meniru hal itu.

6. Omoiyari

Selain etika kerja dan disiplin, kehidupan pribadi juga penting. Maka muncullah konsep Omoiyari, sebuah praktik untuk bersikap penuh perhatian dan berempati terhadap orang lain, memahami mereka, dan tidak mengabaikan mereka.

Omoiyari didasarkan pada perasaan dan empati, dan membantu orang mengembangkan hubungan yang menyenangkan satu sama lain, melihat situasi yang bermasalah dari sudut pandang orang lain, dan menciptakan aura positif di sekitar orang lain.

7. Kintsugi

Kintsugi adalah tentang menemukan keindahan bahkan di bagian yang rusak. Ini adalah bentuk seni di mana pecahan tembikar dan benda lain diperbaiki dengan debu emas atau perak, dan bukannya menyembunyikan retakan dan bekas luka, mereka justru menonjolkannya, menunjukkan kepada orang-orang bahwa perjalanan menuju penyembuhan pun bisa indah dan unik.

Kintsugi mengajarkan orang-orang bahwa kegagalan dan kemunduran bisa terjadi pada siapa saja, dan Anda bisa hancur pada saat-saat tertentu, tetapi saat Anda menyembuhkan diri sendiri, Anda tidak perlu bersedih tentang bekas luka Anda.

Baca Juga: 7 Hal yang Dapat Ditiru dari Budaya Jepang Agar Hidup Lebih Sehat dan Gak Gampang Gemuk