Growrthmates, ketika kita membicarakan kepemimpinan, yang sering muncul di benak adalah sosok tegas, berani, dan mampu mengambil alih kendali.

Sementara ketika kita membicarakan orang yang disukai, kita membayangkan pribadi yang ramah, hangat, dan mudah didekati. Namun kenyataannya, kedua hal ini tidak saling bertentangan, justru saling melengkapi.

Beberapa pemimpin terbaik dunia tidak hanya dihormati karena otoritasnya, tetapi juga disukai karena ketulusan dan empatinya. Mereka tidak hanya diikuti karena jabatan, tetapi karena nilai-nilai dan cara mereka memperlakukan orang lain.

Kabar baiknya, menjadi pemimpin yang kuat sekaligus disukai bukanlah hal mustahil. Dan, jika Anda ingin mengembangkan keduanya secara bersamaan, buku-buku berikut ini bisa menjadi panduan berharga dalam perjalanan Anda. Kira-kira apa saja?

1. Leaders Eat Last karya Simon Sinek

Simon Sinek memiliki cara untuk membuat ide-ide kepemimpinan yang kompleks terasa sederhana, dan buku ini adalah contoh sempurna untuk itu.

"Leaders Eat Last" berfokus pada satu ide yang kuat: pemimpin yang baik mengutamakan orang-orangnya. Ia membahas bagaimana organisasi yang memperhatikan karyawannya, dari atas ke bawah, menciptakan tim yang lebih loyal, produktif, dan termotivasi.

Sinek mengambil pelajaran dari biologi, kepemimpinan militer, dan budaya perusahaan untuk menunjukkan bahwa kepercayaan dibangun ketika para pemimpin melayani tim mereka, bukan sebaliknya. Ini bukan tentang menjadi orang yang paling lantang di ruangan.

Buku ini bercerita tentang menjadi orang yang mendengarkan ketika dibutuhkan dan bertanggung jawab ketika terjadi kesalahan.

Mengapa buku ini juga membangun rasa disukai?Karena orang secara alami menghormati dan mengikuti pemimpin yang menunjukkan kepedulian tulus terhadap mereka.

2. Dare to Lead karya Brené Brown

Jika Anda pernah mendengar Brené Brown berbicara, Anda tahu ia bersemangat tentang kerentanan, keberanian, dan keaslian. Dalam "Dare to Lead," ia mengambil ide-idenya dari ceramah TED dan penelitian tentang dunia kepemimpinan.

Buku ini berfokus pada membangun kepercayaan, melakukan percakapan yang sulit, dan memimpin dengan cara yang didasarkan pada empati. Brown tidak menutup-nutupi realitas kepemimpinan, tetapi ia juga tidak percaya bahwa kepemimpinan harus dingin atau jauh.

Bahkan, ia berpendapat bahwa kerentanan, kesediaan untuk muncul ketika Anda tidak memiliki semua jawaban, adalah inti dari kepemimpinan yang berani.

Mengapa buku ini membangun rasa disukai? Karena orang terhubung dengan manusia, bukan dengan gelar atau jabatan. Pemimpin yang berani tampil apa adanya meninggalkan kesan mendalam.

Baca Juga: 10 Buku Klasik yang Mengubah Dunia dan Cara Kita Berpikir