Dalam lingkungan bisnis berisiko tinggi saat ini, CEO secara alami diharapkan memiliki kecerdasan dan keahlian teknis.

Namun, dalam dunia yang terus-menerus mengalami disrupsi, di mana industri dibentuk kembali dalam semalam, budaya tempat kerja berbenturan dengan politik, dan para pemimpin menghadapi pengawasan ketat, ketahanan mental telah menjadi keunggulan kompetitif dan kebutuhan utama.

Tanpa sistem untuk mengelola stres, para pemimpin perusahaan berisiko mengalami burnout, pengambilan keputusan yang buruk, depresi, dan bahkan konsekuensi kesehatan jangka panjang.

Dikutip dari Forbes, penelitian dari Journal of Clinical Medicine dan Frontiers in Psychiatry menghubungkan stres kronis dengan penurunan kognitif dan masalah kardiovaskular.

Dan, berikut adalah tiga strategi penting untuk para CEO agar terhindar dari stres saat bekerja:

1. Manajemen Beban Kognitif

Otak Anda memiliki kapasitas terbatas untuk membuat keputusan berkualitas tinggi. Jeff Bezos pernah berbagi bahwa ia menyusun harinya untuk membuat keputusan berisiko tinggi lebih awal, sementara Barack Obama terkenal merampingkan pakaiannya untuk mengurangi pilihan-pilihan sepele.

Kedua pemimpin ini, bersama dengan banyak pemimpin lainnya, memahami dan menyadari kelelahan dalam mengambil keputusan—pengurasan mental yang mengikis fungsi kognitif dan efektivitas dari waktu ke waktu.

Untuk menjaga kejernihan mental, beberapa hal ini dapat Anda lakukan, seperti:

  • Hilangkan keputusan bernilai rendah (otomatiskan atau delegasikan jika memungkinkan).
  • Jadwalkan pemikiran berdampak tinggi untuk waktu-waktu energi puncak Anda.
  • Kenali saat kelelahan muncul dan tunda keputusan besar Anda jika perlu.

Baca Juga: Hindari Burnout, Ini 4 Kebiasaan Penting yang Harus Dilakukan Para CEO di Tahun 2025