Bagi sebagian besar pengusaha, pertumbuhan selalu jadi tujuan utama. Namun, jalan menuju ke sana jarang mulus.

Kadang bisnis berjalan lambat dan butuh strategi khusus untuk bertahan, lalu tiba-tiba lonjakan permintaan datang tanpa peringatan. Pertanyaan besarnya: apakah bisnis Anda siap menghadapi percepatan tak terduga ini?

Persiapan matang adalah kunci. Pertumbuhan bisnis yang cepat bisa menjadi berkah, tapi juga berpotensi mengacaukan operasional bila tidak dikelola dengan baik.

Dan dikutip dari Forbes, Senin (8/9/2025), setidaknya ada tiga langkah utama yang dapat membantu pengusaha menavigasi masa transisi ini.

1. Riset Pasar

Pertumbuhan selalu membutuhkan arah. Apakah perusahaan harus memperluas lini produk untuk pelanggan lama, atau masuk ke pasar baru dengan penawaran yang ada?

Jawaban atas pertanyaan ini bergantung pada data. Tanpa riset pasar yang konsisten, keputusan bisnis lebih banyak didasarkan pada intuisi ketimbang fakta.

Riset yang baik memberi gambaran menyeluruh tentang tren, perilaku konsumen, dan langkah pesaing. Dengan memahami pola ini, pengusaha bisa menyesuaikan strategi merek tanpa kehilangan identitas.

“Posisi memainkan peran penting dalam bagaimana perusahaan bisa tumbuh,” jelas Katelyn Watson, CMO TalkSpace.

Menurutnya, kunci awal adalah memahami siapa pembeli inti, lalu menjajaki saluran alternatif yang sering terlewat, seperti kemitraan afiliasi.

Beruntung, kini ada banyak alat yang memudahkan riset. SimilarWeb bisa menganalisis lalu lintas digital, sementara SurveyMonkey membantu memahami preferensi konsumen lewat survei.

Yang terpenting, jangan sekadar menggunakan alat, tapi pahami bagaimana hasilnya bisa benar-benar berharga bagi strategi bisnis Anda.

Baca Juga: Bukan Uang, Inilah Modal Terpenting Bagi Seorang Pengusaha Menurut Pebisnis dan Penulis Buku Terkemuka AS

2. Sistem yang Bisa Diskalakan

Pertumbuhan mendadak sering kali menguji infrastruktur bisnis. Sistem yang berjalan lancar saat skala kecil belum tentu mampu mengatasi volume besar.

Mulai dari perangkat lunak CRM, alur kerja data, hingga rantai pasokan, semua perlu dipastikan siap menghadapi peningkatan permintaan.

Contoh sederhana, jika Anda baru memasuki pasar regional, apakah sistem komunikasi dan distribusi sudah cukup kokoh untuk melayani pelanggan tambahan? Jika tidak, lonjakan pertumbuhan justru bisa berubah menjadi krisis layanan.

“Menemukan orang yang tepat adalah tantangan terbesar sekaligus paling krusial,” kata Kevin Indig, penasihat bisins.

Menurutnya, perekrutan akan lebih efektif jika perusahaan sudah menetapkan prioritas utama dan aturan operasional sejak awal. Dengan begitu, lebih mudah menilai apakah talenta baru bisa berkembang di dalam sistem.

Singkatnya, sistem yang dapat diskalakan bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang menempatkan orang yang tepat di posisi strategis.

3. Mengelola Risiko di Tengah Pertumbuhan

Pertumbuhan selalu datang bersama risiko. Bisa berupa kehabisan modal, terkikisnya budaya perusahaan, hingga dampak dari regulasi yang berubah.

Risiko semakin tinggi bila ekspansi dilakukan melalui merger atau akuisisi, di mana tantangan integrasi budaya dan sistem sering kali menguras energi manajemen.

Karena itu, manajemen risiko harus dirancang sejak awal. Analisis SWOT memang penting, tetapi cepat menjadi usang bila variabel pasar berubah.

Strategi cadangan, dana darurat, hingga rencana keluar pasar (exit strategy) perlu disiapkan agar perusahaan tidak terjebak dalam reaksi spontan yang merugikan.

Kesiapan menghadapi skenario terburuk bukan berarti pesimisme. Sebaliknya, ini adalah bentuk optimisme realistis, yakni meyakini pertumbuhan bisa dicapai sambil memahami bahwa jalannya penuh variabel tak terduga.

Baca Juga: 7 Strategi Cerdas Agar Bisnis Anda Menjangkau Pelanggan Baru Tanpa Bergantung pada Google