Growthmates, kita kini berada di pertengahan tahun, momen reflektif yang ideal untuk mengevaluasi ulang arah dan dampak. Banyak resolusi yang semula disusun dengan niat baik telah menguap di tengah tekanan dan realitas. Bahkan rencana bisnis yang disusun rapi kerap tergerus oleh dinamika yang tak terduga.

Bagi para CEO dan pemimpin senior, tahun 2025 bukan sekadar menuntut. Ia juga menguji batas ketahanan pribadi dan profesional. Tanggung jawab semakin kompleks, dan tekanan datang dari segala arah: ketidakpastian ekonomi, turbulensi geopolitik, serta perubahan teknologi, khususnya AI, yang bergerak lebih cepat dari pemahaman banyak orang.

Tak heran jika kelelahan, kecemasan emosional, bahkan gejala depresi menjadi semakin umum di kalangan eksekutif. Indeks Kepercayaan CEO Vistage mencatat penurunan tajam optimisme, terutama di perusahaan dengan pendapatan antara $1 hingga $20 juta.

Sementara itu, Indeks Pergantian CEO Global Russell Reynolds menunjukkan rata-rata masa jabatan CEO global kini hanya 6,8 tahun—turun signifikan dari 8,1 tahun pada kuartal pertama 2024.

Dikutip dari Forbes, Sabtu (14/6/2025), di tengah ekspektasi yang terus meningkat, dua langkah strategis ini dapat membantu CEO menutup tahun dengan lebih fokus, lebih sehat, dan lebih kuat dibanding saat memulainya.

1. Pasang ‘Masker Oksigen’ Anda Terlebih Dahulu

Anda sudah sering mendengar analogi ini dalam panduan keselamatan penerbangan, pasang masker oksigen Anda sendiri sebelum membantu orang lain. Tapi seberapa sering Anda, sebagai pemimpin puncak, benar-benar melakukannya?

Saat ini, para CEO tidak hanya memimpin organisasi, mereka juga harus menavigasi ketidakpastian makro, membangun kembali model bisnis, dan menjaga semangat tim dalam menghadapi perubahan. Di saat yang sama, kesehatan mental mereka sering kali menjadi korban yang tak terlihat.

Menurut survei Vistage, 7% CEO melaporkan kelelahan emosional setiap hari, dan 25% merasa kelelahan itu datang cukup sering. Jika terus dibiarkan, ini bukan hanya akan berdampak pada pribadi Anda, tetapi juga terhadap kemampuan organisasi dalam mengambil keputusan penting.

Adapun, beberapa kebiasaan kecil dengan dampak besar yang dapat mulai Anda tanamkan, antara lain adalah:

  • Jadwalkan waktu sunyi setiap minggu untuk refleksi mendalam.
  • Jadikan tidur sebagai prioritas strategis, bukan bonus opsional.
  • Bangun rutinitas olahraga yang Anda nikmati dan mudah dijaga.
  • Ciptakan jaringan pendukung yang jujur: mentor, pelatih, atau rekan sejawat.
  • Pelihara setidaknya satu hobi pribadi, karena jiwa yang sehat mendorong kepemimpinan yang lebih bijak. Kesejahteraan Anda bukan gangguan dari kepemimpinan, tapi ia fondasinya.

Baca Juga: Para CEO Wajib Tahu, Ini Sederet Strategi Membangun Kepercayaan dalam Perusahaan di Era Disrupsi

2. Pimpin Narasi Sebelum Anda Dipimpin Olehnya

Di era di mana persepsi publik bisa berubah dalam hitungan menit, komunikasi bukan lagi pelengkap, melainkan penentu kredibilitas.

Ambil contoh kasus CEO Target, Brian Cornell. Dalam menghadapi krisis internal, ia mencoba menenangkan gejolak lewat memo internal. Namun, tanpa arah yang jelas dan aksi konkret, pesan tersebut justru memperdalam ketidakpastian di antara karyawan.

Hari ini, para pemimpin tidak cukup hanya mengabari. Mereka dituntut untuk mengartikulasikan dengan jujur, manusiawi, dan konsisten.

Adapun, langkah kecil yang bisa langsung diterapkan:

  • Sampaikan kerentanan strategis: “Ini yang kami ketahui, ini yang masih kami pelajari.”
  • Sampaikan fakta sulit lebih awal, daripada bereaksi defensif belakangan.
  • Transparanlah soal perubahan besar: arah organisasi, restrukturisasi, adopsi AI, hingga dampaknya pada pekerjaan.
  • Bangun kehadiran Anda melalui koneksi mikro tau percakapan kecil yang menciptakan kedekatan dan kepercayaan. Komunikasi yang jujur menurunkan kecemasan, memperkuat loyalitas, dan membuat tim tetap terhubung meski badai belum berlalu.

Perlu diingat, CEO yang akan menutup tahun 2025 dengan gemilang bukanlah mereka yang paling reaktif, tetapi yang paling sinkron, dengan realitas, dengan tim, dan dengan dirinya sendiri.

Baca Juga: 9 Gaya Kepemimpinan yang Dipakai Para Pendiri Perusahaan dan CEO Top Dunia