Inovasi teknologi tak lagi cukup hanya diukur dari kecepatan proses atau kecanggihan desain. Namun, kini tanggung jawab sosial, keberlanjutan lingkungan, dan aksesibilitas untuk semua juga dipertimbangkan.
Hal inilah yang berperan sebagai penghubung dalam Laporan ESG (Environmental, Social, and Governance) tahun 2024 dari Xiaomi, yang dirilis pada akhir April lalu.
Dalam laporan tersebut, Xiaomi menunjukkan arah yang makin progresif sebagai perusahaan teknologi global. Mereka tidak hanya berbicara tentang pertumbuhan bisnis dan penguasaan pasar, tetapi juga tentang bagaimana teknologi bisa menjawab tantangan sosial dan ekologis masa kini.
Selama 2024, perusahaan asal Tiongkok ini mengalokasikan lebih dari Rp55 triliun untuk riset dan pengembangan, dengan hampir separuh karyawannya terlibat langsung dalam inovasi teknologi. Investasi ini melahirkan sistem terintegrasi “Human x Car x Home”, serta fasilitas produksi cerdas seperti Xiaomi Smart Factory dan Xiaomi EV Factory yang bekerja dengan sistem otomatisasi berbasis AI dan cloud.
Baca Juga: Tiga Proyek Kolaborasi Strategis dari SCG ESG Symposium 2024 Indonesia
Namun, inovasi yang paling berdampak bukanlah yang hanya bisa dirasakan oleh segelintir orang. Xiaomi memahami bahwa teknologi harus bisa diakses oleh semua kalangan, termasuk mereka yang selama ini kerap terpinggirkan. Maka, selama 2024, mereka mengembangkan berbagai fitur aksesibilitas—seperti TalkBack berbasis OCR untuk pengguna tunanetra, real-time subtitle untuk gangguan pendengaran, dan gesture control untuk pengguna dengan keterbatasan fisik. Versi terbaru sistem operasi mereka, Xiaomi HyperOS 2, menggabungkan kecanggihan AI dengan empati terhadap kebutuhan nyata.
Tak hanya itu, Xiaomi juga menaruh perhatian pada populasi lansia melalui program desain ramah lansia yang dikembangkan bersama sejumlah institusi kesehatan. Pendekatan ini menunjukkan bahwa inklusi bukanlah tambahan, melainkan fondasi dalam membangun ekosistem teknologi yang adil.
Di bidang lingkungan, Xiaomi mengambil langkah konkret dalam mitigasi perubahan iklim. Mereka menetapkan target pengurangan emisi karbon di seluruh rantai pasok, mewajibkan penggunaan energi terbarukan, serta mengalihkan metode logistik ke moda yang lebih ramah lingkungan seperti kereta api dan transportasi laut.
Baca Juga: Lazada Group Rilis Laporan Dampak ESG untuk Tahun Keuangan 2024
Hasilnya, emisi karbon tahunan berhasil ditekan lebih dari 3.000 ton. Selain itu, perusahaan ini telah menyelesaikan pengukuran jejak karbon untuk 18 produk utama dan merancang strategi pengurangan jejak lingkungan di seluruh siklus hidup produk.
Dari sisi pengelolaan limbah elektronik, Xiaomi melangkah lebih jauh dengan target ambisius, yakni mendaur ulang 38.000 ton limbah selama lima tahun. Hingga akhir 2024, mereka telah mencapai lebih dari 95% dari target tersebut. Program tukar-tambah (trade-in) diperluas ke berbagai negara, dan bisnis refurbish meningkat tajam. Material daur ulang juga mulai digunakan dalam desain produk, termasuk bio-material dari residu lemon dan logam daur ulang untuk komponen akustik.
Semua langkah ini dirangkum dalam pencapaian paling simbolik dengan lahirnya pabrik pintar Xiaomi yang kini menyandang sertifikasi Zero Waste to Landfill dari TÜV Rheinland, dengan tingkat pengalihan limbah mencapai 99,35%. Capaian ini bukan hanya menunjukkan efisiensi produksi, tetapi juga tekad perusahaan untuk tidak lagi membebani bumi.
Baca Juga: Dukung Green Finance, Bridgestone Indonesia Gunakan Produk Perbankan ESG Deposit yang Sustainable
Melalui laporan ESG 2024 ini, Xiaomi mengirim pesan bahwa inovasi sejati adalah yang berpihak pada keberlangsungan hidup. Di tengah kompetisi teknologi yang semakin ketat, mereka memilih jalur yang berbeda—jalur yang lebih lambat mungkin, tapi lebih manusiawi. Karena pada akhirnya, teknologi seharusnya tidak hanya membuat hidup lebih cepat, tetapi juga lebih adil, lebih hijau, dan lebih bermakna bagi semua.