Ajang pameran terbesar se-Asia Tenggara, Jakarta Fair Kemayoran atau Pekan Raya Jakarta (PRJ) kembali digelar di tahun 2024. Ajang itu kini telah bertransformasi menjadi sebuah pameran modern yang digelar secara rutin setiap tahun.
31 Agustus 1898, Ratu Belanda Wilhelmina mulai menggelar sebuah event tahunan di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, itu adalah hajatan sederhana berupa pasar malam yang berlangsung pada penghujung Agustus sampai pertengahan September.
Baca Juga: Alasan Jokowi Gelar Upacara 17 Agustus di IKN dan Jakarta
Tidak seperti pasar malam yang kita kenal sekarang, kegiatan ini menjadi ajang pameran kuliner khas Batavia (Jakarta tempo dulu) serta pentas hiburan yang menghadirkan pertandingan tinju antara pribumi dan orang Belanda yang dilaksanakan Deca Park (sekarang lapangan Monas), Varia Park (Krekot), dan Princen Park (Lokasari).
Event tahunan itu menjadi cikal bakal lahirnya Djakarta Fair (DF) yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1968. Gelaran pertama dilakukan di tahun yang sama yakni pada 5 Juni 1968 sampai dengan 20 Juli 1968 di kawasan Monas dengan jumlah pengunjung mencapai 1,4 juta orang.
Kesuksesan event perdana Djakarta Fair tak lepas dari kerja keras Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan Pemprov DKI Jakarta.
Kolaborasi lintas instansi itu berbuah manis setelah Syamsudin Mangan Ketua Kadin kala itu mencetus nama Djakarta Fair yang terinspirasi dari pemeran di luar negeri yang langsung disambut baik Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.
Baca Juga: Begini Komentar Gibran Soal Duet Anies dan Kaesang di Jakarta
Mereka kemudian merumuskan konsep Djakarta Fair yang diwariskan hingga kini. Mulanya konsep Djakarta Fair adalah menggabungkan seluruh pasar malam di Jakarta untuk di gelar di satu tempat secara bersamaan.
Tak muluk-muluk, tujuan dari penggabungan seluruh pasar malam itu adalah sebagai ajang pameran produk-produk lokal. Program ini bisa dibilang sukses besar, Djakarta Fair berlahan menjadi hajatan tahunan yang selalu ditunggu-tunggu masyarakat.
Pasca keberhasilan pada gelaran perdana, pamor Djakarta Fair langsung melejit, acara itu tidak lagi sekedar menjadi pasar malam biasa, Djakarta Fair bertransformasi menjadi sebuah event bergengsi yang namanya mulai mendunia.
Buktinya pada gelaran ke dua yang diselenggarakan setahun setelahnya, Presiden Amerika Serikat Richard Nixon sampai menyempatkan diri datang ke Djakarta Fair. Event pada 1969 itu juga tercatat sebagai rekor pameran terlama yang berlangsung selama dua bulan atau sekitar 71 hari.
Pindah ke Kemayoran
Setelah 24 tahun diselenggarakan di Monas, Djakarta Fair yang sudah familiar dengan nama Pekan Raya Jakarta itu dipindahkan ke Kemayoran, Jakarta Pusat. Namanya kemudian ikut menyesuaikan menjadi Jakarta Fair Kemayoran (JFK).
Baca Juga: Tanpa Gibran, Jokowi Bareng Prabowo Upacara 17 Agustus di IKN
Ada macam-macam alasan yang melatarbelakangi pemindahan lokasi Djakarta Fair, tetapi salah satu alasan paling logis adalah soal daya tampung arena Djakarta Fair mengingat pada 1992 peminat ajang ini terus mengalami peningkatan pesat, pengunjungnya membludak setiap tahun.
Sebagai perbandingan, lahan Djakarta Fire di Monas hanya seluas 7 Hektare sedangkan kawasan Kemayoran seluas 44 hektare. Adapun arena PRJ yang baru ini digelar di atas bekas bandara yang sudah tak aktif lagi.
Baca Juga: Soal Larangan Kaesang Maju Pilkada 2024, Begini Respons Jokowi
Hingga saat ini, Jakarta Fair telah menjadi festival yang konsisten diselenggarakan dengan berbagai pendekatan, dari konser musik, kuliner, pameran, sampai pesta kembang api. Pesta tahunan ini merupakan bagian pula dari rangkaian acara memeriahkan ulang tahun Jakarta dan memajukan ekonomi masyarakat.