Senior Vice President dan Head of Internal Audit & Risk Management PT TBS Energi Utama Tbk, Alvin Novalino, mengungkapkan bahwa praktik fraud atau kecurangan di perusahaan sering kali bermula dari dua faktor utama, yakni lemahnya sistem pengendalian internal dan kegagalan manajemen puncak dalam memberikan contoh integritas.
“Yang saya lihat, kebanyakan kelemahannya justru datang dari sisi pengendalian internal,” ujar Alvin dalam sebuah wawancara kepada Olenka beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Menimbang Turnover Tinggi Karyawan di Perusahaan, Baik atau Buruk?
Ia mencontohkan bahwa banyak perusahaan mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul. Kondisi ini menciptakan celah besar yang bisa dimanfaatkan oknum internal untuk melakukan fraud.
Lebih lanjut, Alvin mengungkapkan bahwa pengalaman profesionalnya di perusahaan sebelumnya menunjukkan betapa rentannya sistem ketika tidak ada pengawasan yang ketat.
“Banyak fraud terjadi karena tidak ada yang mengawasi mereka, tidak ada yang melototin. Jadi mereka bebas melakukan hal-hal menyimpang,” jelasnya.
Baca Juga: Ragam Kelompok Karyawan Perusahaan, Nomor 4 Wajib Disingkirkan!
Tak hanya dari sisi teknis, budaya perusahaan pun ikut berkontribusi terhadap tingginya risiko fraud. Ketika manajemen puncak tidak menunjukkan komitmen terhadap integritas, bahkan ikut terlibat dalam praktik-praktik tidak etis seperti suap dalam proses perizinan, maka bawahannya pun cenderung meniru hal tersebut.
“Kalau bosnya sendiri memberi contoh buruk, bahkan menyarankan solusi ‘di bawah meja’ daripada bernegosiasi atau berkomunikasi secara sehat, maka itu menjadi pesan tersirat bagi tim bahwa praktik semacam itu bisa diterima,” jelas Alvin.
Salah satu area rawan fraud yang disorot Alvin adalah bagian pengadaan barang dan jasa. Ia menyebut lemahnya pengawasan dalam proses pemilihan vendor, penetapan harga, hingga minimnya keterlibatan internal audit, membuka lebar peluang terjadinya kecurangan.
Baca Juga: Mitos atau Fakta: Jangan Terlalu Loyal kepada Perusahaan, Ini Penjelasan Daniel Christian Tarigan
“Pemilihan vendor lemah, tidak ada kontrol dari audit internal, dan tidak ada proses validasi yang memadai. Itu semua membuat area ini sangat rentan,” katanya.
Dengan begitu, Alvin menegaskan pentingnya penguatan sistem pengendalian internal dan keteladanan dari top manajemen dalam membangun budaya perusahaan yang berintegritas.
“Fraud bisa diminimalisasi jika perusahaan memiliki kontrol yang kuat dan pimpinan yang jadi panutan,” tutupnya.