Mengajarkan anak tentang kesetaraan gender bukan hanya soal memberi tahu mereka bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. Lebih dari itu, anak perlu belajar untuk benar-benar melihat orang lain sebagai individu tanpa label gender yang membatasi potensi mereka.

Namun, sering kali tanpa disadari, orang tua justru melakukan kesalahan kecil yang menanamkan bias gender sejak dini.

Dan dikutip dari Times of India, Selasa (22/7/2025), berikut 5 kesalahan pengasuhan yang perlu diwaspadai agar anak tumbuh dengan pandangan yang setara dan sehat tentang gender.

1. Menggunakan Frasa dan Kata Sifat yang Bergender

Saat anak berlari pelan, apakah Anda pernah mengatakan, “Ih, lari kayak cewek!” atau menegur anak perempuan dengan kalimat, “Jangan berperilaku seperti laki-laki!” Meski terdengar sepele, ucapan seperti ini menanamkan pesan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki standar perilaku berbeda.

Anak belajar bahwa menjadi “perempuan” atau “laki-laki” datang dengan batasan tertentu, padahal mereka hanya perlu tumbuh menjadi versi terbaik dirinya, apapun gendernya.

2. Membatasi Hobi dan Minat Berdasarkan Gender

Banyak orang tua memberikan mainan dapur kepada anak perempuan dan mobil-mobilan kepada anak laki-laki. Tanpa sadar, kita mengarahkan minat mereka sesuai stereotip gender.

Mengapa tidak memberikan mainan yang netral seperti buku cerita, puzzle, atau alat musik kepada keduanya? Biarkan mereka mencoba semua aktivitas, baik memasak, bermain bola, menari, maupun memanjat pohon.

Baca Juga: 10 Buku Parenting Terbaik yang Akan Membuat Anda Lebih Siap Mengasuh Anak

3. Menganggap Ibu Sebagai Pengasuh Utama

Anak belajar banyak dari contoh di rumah. Ketika mereka melihat hanya ibu yang memasak, membersihkan rumah, atau mengurus adik, mereka akan menyimpulkan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah “tugas perempuan”.

Cobalah membagi peran pengasuhan dan pekerjaan rumah secara setara dengan pasangan Anda, sehingga anak tumbuh dengan pemahaman bahwa mengasuh dan membantu di rumah adalah tanggung jawab semua anggota keluarga.

4. Membiarkan Anak Mengonsumsi Buku dan Media yang Mengajarkan Stereotip Gender

Film kartun, buku cerita, hingga tayangan anak di YouTube sering kali menampilkan peran gender yang kaku, seperti putri yang lemah lembut menunggu diselamatkan, atau pahlawan laki-laki yang selalu kuat.

Alih-alih melarang mereka menonton, dampingi dan ajak mereka berdiskusi. Tanyakan pendapat mereka tentang karakter yang mereka lihat.

Cara ini membantu anak berpikir kritis dan memahami bahwa gender tidak menentukan siapa mereka dan apa yang bisa mereka capai.

5. Mendorong Persahabatan Sesama Gender Saja

Pernahkah Anda mengatakan pada anak perempuan untuk bermain dengan teman sesama perempuan saja, atau sebaliknya? Membatasi pertemanan hanya pada sesama gender justru menutup kesempatan mereka untuk belajar menghargai perbedaan.

Jadi, cobalah membiarkan anak berteman dengan siapa saja. Persahabatan yang beragam membantu mereka mengembangkan empati, rasa hormat, dan pandangan yang lebih luas tentang kehidupan.

Baca Juga: Parenting Ala Hamid Djojonegoro: Anak Harus Diajari Berjuang Sejak Dini