Siapa bilang urusan berburu kuliner kekinian hanya identik dengan perempuan? Riset terbaru Populix justru mengungkap fakta sebaliknya, yakni laki-laki dan generasi milenial ternyata lebih “gercep” alias gerak cepat dalam mencoba tren makanan dan minuman terbaru.

Temuan ini berasal dari laporan “Millennials & Gen Z Report: Exploring the Hip F&B Phenomenon”, yang mengulas preferensi, persepsi, dan kebiasaan generasi milenial dan Z sebagai target utama industri kuliner kekinian.

Survei dilakukan pada Februari 2025 terhadap 1.100 responden dari seluruh Indonesia, dengan komposisi gender, status pernikahan, dan latar belakang ekonomi yang seimbang. Mayoritas responden adalah pekerja kelas menengah ke atas dan tinggal di Pulau Jawa.

Indah Tanip, VP of Research Populix, menjelaskan bahwa hasil riset ini cukup mengejutkan.

“Kerap kali dinilai lebih cuek, ternyata laki-laki cenderung lebih cepat mencoba tren kuliner baru. Sebanyak 14% responden laki-laki mengaku akan langsung mencoba setiap ada tren baru, dan 29% lainnya mencoba setidaknya sekali sebulan,” ungkap Indah, dalam keterangannya, Kamis (14/8/2025).

Sementara itu, lanjut Indah, perempuan cenderung terdorong oleh rasa FOMO (fear of missing out), atau takut ketinggalan tren yang ramai di media sosial. Sekitar 30% responden perempuan mengaku mencoba kuliner baru karena terpengaruh tren yang sedang viral.

Baca Juga: Survei Populix Patahkan Mitos, Generasi Muda Ternyata Rajin Menabung!

Dari sisi generasi, kata Indah, milenial terlihat lebih antusias mengeksplorasi kuliner kekinian, berbeda dengan Gen Z yang cenderung lebih santai. Menurutnya, banyak Gen Z mengaku hanya mencoba tren baru sekali dalam beberapa bulan.

Indah pun memaparkan, riset Populix juga memetakanfaktor-faktor utama yang membuat anak muda tertarik mencoba kuliner baru.

Menurutnya, mayoritas responden yang didominasi oleh milenial mengaku harga terjangkau menjadi faktor pertama yang menarik mereka. Sedangkan generasi Z cenderung lebih tertarik pada kemasan atau tampilan makanan yang menarik.

“Lalu, faktor lainnya adalah bahan dan rasa yang unik (28%) juga viral di media sosial (27%). Tak lupa ketersediaan di aplikasi pesan antar yang turut jadi pertimbangan 10% responden,” terangnya.

Indah menekankan bahwa pengalaman pelanggan tetap menjadi kunci keberlangsungan sebuah bisnis kuliner.

“Meskipun dorongan eksternal seperti tren atau influencer berpengaruh, pada akhirnya rekomendasi dari orang terdekat dan pengalaman pribadi lah yang membuat sebuah kuliner bertahan lama,” ujarnya.

Indah pun berharap, temuan ini bisa membantu pelaku usaha kuliner mengembangkan strategi produk, pemasaran, dan layanan yang lebih tepat sasaran.

“Harapannya, temuan-temuan Populix di atas dapat mendukung pengembangan usaha-usaha kuliner di Indonesia,” pungkasnya.

Baca Juga: Survei Populix: 45% Perempuan Pernah Mengalami Perlakuan Tidak Menyenangkan di Kantor