Sekretaris jenderal sukarelawan Pro Jokowi (Projo) Handoko angkat bicara menanggapi pernyataan pernyataan sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang memberi syarat kepada Presiden Joko Widodo jika ingin bertemu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Handoko mengatakan syarat yang diberikan Hasto adalah tanda bahwa Megawati dan PDI Perjuangan menolak silaturahmi Jokowi pada momen idul fitri 1442 H. Hal ini kata Handoko membuat masyarakat bakal hilang simpati kepada partai politik berlambang kepala banteng itu.
"Menolak silaturahim bikin rakyat ilfil," kata Handoko ketika dikonfirmasi Senin (15/4/2024).
Baca Juga: Pihak Istana Beberkan Alasan Jokowi Tidak Lebaran ke Rumah Megawati
Handoko melanjutkan, PDI Perjuangan tak seharusnya memberi syarat atau mempersulit langkah Jokowi jika ingin memperbaiki hubungannya dengan Megawati.
Lagi pula andaikata Jokowi ingin bertemu Megawati pada momentum lebaran tahun ini lanjut Handoko mereka tak melulu membahas politik, bisa saja keduanya bicara masalah bangsa. Jadi menurutnya persyaratan yang diberikan PDI Perjuangan adalah hal yang sebenarnya tak perlu dilakukan.
"Urusan bangsa dan negara itu tidak melulu soal politik. Enggak usah pakai syarat," ucapnya.
Akses Hanya Sampai ke Anak Ranting Partai
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengeklaim Presiden Joko Widodo sudah tak punya akses lagi untuk langsung menemui ketua umum partai moncong putih Megawati Soekarnoputri.
Hasto mengatakan, kalaupun Jokowi ingin mengunjungi Megawati, dirinya paling hanya diberi akes hingga anak ranting partai saja. Jokowi kata dia sudah tak bisa leluasa menemui sang ketua umum.
"Tapi dalam konteks terkait dengan Pak Jokowi, hanya anak ranting justru mengatakan 'sebentar dulu, biar bertemu dengan anak ranting dulu'," kata Hasto.
Sebagaimana diketahui bersama hubungan Jokowi dan Megawati sudah mulai berjarak sebelum Pilpres 2024. Keharmonisan ke dua tokoh yang terjalin selama lebih dari satu dekade runtuh karena perbedaan pandangan politik.
Baca Juga: Megawati: Idul Fitri Meninggikan Derajat Kemanusiaan untuk Berani Menegakkan Kebenaran
Hasilnya Jokowi memilih jalannya sendiri dengan mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Megawati mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Ketegangan Jokowi-Megawati semakin memuncak setelah pasangan calon presiden dan calon wakil presiden usungan PDI Perjuangan dipepecundangi Prabowo-Gibran di Pilpres kali ini.
Hal ini juga diperparah dengan sikap Jokowi yang ogah sowan ke rumah Megawati pada momen Idul Fitri 1445 H. Sikap Jokowi yang demikian seolah mengonfirmasi, bahwa hubungan dirinya dengan Megawati sudah berada di titik yang sukar diperbaiki.
Meski demikian, Hasto mengatakan, keengganan Megawati menemui Jokowi lantaran yang bersangkutan tak menomorsatukan kepentingan bangsa pada akhir masa jabatan.
Alih-alih berbakti untuk negara, Jokowi kata Hasto justru sibuk memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan keluarganya. Hasto mengatakan sangat jengkel dengan sikap Jokowi tersebut dan memilih menutup diri.
Baca Juga: Kubu Anies-Muhaimin: Pemilu 2024 Mengalami Disfungsi Elektoral
“Di akhir masa jabatannya justru merupakan puncak dari abuse of power dari presiden. Dan kemudian terjadi akibat nepotisme kepentingan untuk memperpanjang kekuasaan itu. Sehingga anak ranting, ranting, justru yang jadi benteng Ibu Mega agar tetap kokoh berdiri di dalam pengabdian mengawal demokrasi itu," ujar Hasto.