Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, ada pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan Indonesia, yakni kesenjangan akses digital di sejumlah wilayah terpencil Tanah Air. Tak bisa dimungkiri, wilayah pedesaan di pelosok negeri masih perlu diperjuangkan untuk bisa merasakan manfaat dari akses internet yang layak.
Menyadari hal tersebut, Common Room Networks Foundation (Common Room) berkomitmen untuk secara konsisten memperluas akses digital di wilayah-wilayah terpencil Indonesia. Komitmen tersebut salah satunya diimplementasikan melalui Rural ICT Camp 2025 yang digelar di Wisma Hijau, Cimanggis, Depok pada 23–26 September 2025 mendatang.
Baca Juga: Empat Tantangan Utama Keamanan Sistem Akademik Digital di Era AI
Direktur Common Room, Gustaff H. Iskandar, mengungkapkan bahwa Rural ICT Camp 2025 menggaungkan semangat "Internet Komunitas & Akses yang Bermakna". Ia menambahkan, Rural ICT Camp 2025 merupakan rangkaian kegiatan tahunan yang sebelumnya digelar di Kasepuhan Ciptagelar (2020–2021), Desa Tembok–Bali (2022), Pulo Aceh (2023), dan Ciracap–Sukabumi (2024).
Kegiatan tersebut selaras dengan upaya Indonesia untuk mempercepat pemerataan akses internet dan teknologi digital, serta mendorong pemanfaatan akses internet yang bermakna di wilayah pedesaan dan tempat terpencil di Tanah Air.
"Melalui Rural ICT Camp 2025, kami mendukung pengembangan dan pemanfaatan infrastruktur internet serta teknologi komunikasi di wilayah pedesaan dan pelosok secara efektif, aman, terjangkau, dan bermakna," pungkas Gustaff dalam Media Gathering Rural ICT Camp 2025: Internet Komunitas dan Akses yang Bermakna di Jakarta, Senin, 22 September 2025.
Dalam kesempatan yang sama, Gustaff menekankan bahwa peningkatan aksesibilitas jaringan internet dan teknologi digital di wilayah terpencil dan pelosok perlu dibarengi dengan peningkatan literasi untuk mengantisipasi berbagai risiko terkait akses digital di masa mendatang.
Ia mencontohkan, saat ini umum dijumpai kasus seperti judol, pinjol, peyebaran konten ilegal, hoaks, dan lainnya akibat kurangnya literasi digital di masyarakat. Hal tersebut, tegasnya, hanya bisa diatasi apabila secara aktif melakukan pelatihan dan peningkatan kapasitas.
"Karena bukan hanya mengajarkan skill teknis dan literasi digital, tapi juga memberitahu kepada warga risiko-risiko yang memang menjadi bagian dari perkembangan teknologi jaringan internet dan teknologi digital," ungkapnya lagi.
Perlu diketahui, Rural ICT Camp tahun ini terbagi menjadi beberapa bagian, mulai dari peluncuran buku Panduan Belajar IoT dan Integrasi AI untuk Pemula dan buku Panduan Manual Teknis Sistem Pemantauan Kualitas Air Laut Berbasis IoT; mini exhibition Co_LABS & sekolah internet komunitas; diseminasi program Co_LABS; dialog kebijakan lintas pemangku kepentingan; hingga sesi kesetaraan gender & inklusi sosial (GEDSI) sebagai pendekatan inklusif & aman agar perempuan, penyandang disabilitas, serta kelompok marjinal agar dapat terlibat & mendapat manfaat yang setara.