CEO Badan Pelaksana Investasi (BPI) Danantara, Rosan Roeslan meminta kepada publik untuk tidak khawatir akan sumber dana untuk Danantara. Ia menegaskan jika dana yang dikelola dari dividen BUMN bukanlah uang dari rakyat.
Hal tersebut ia sampaikan dalam diskusi Strategi Investasi Danantara: Prinsip, Peluang, Risiko bersama mahasiswa Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Baca Juga: Ramalan Investor Ternama AS Soal Nasib Indonesia Setelah Prabowo Luncurkan Danantara
Baca Juga: Investor Swasta Melirik Danantara
Baca Juga: Danantara Bantu Pemerintah Kebut Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Paparnya, dana yang berasal dari dividen BBUMN tersebut akan dikelola menjadi dua hal, yakni penguatan BUMN dalam bentuk penyetoran modal dan investasi.
"Dana yang kita pergunakan untuk investasi adalah dana dari hasil dividen, bukan dana likuiditas perbankan, bukan dana masyarakat yang kita pakai," ujarnya dalam videonya yang diunggah di akun Instagram @rosanroeslani, dilihat Senin (10/3/2025).
Rosan mengungkapkan bahwa salah satu sektor hilirisasi yang telah terbukti sukses adalah nikel. Tercatat, pada 2016, ekspor nikel Indonesia hanya bernilai USD3,3 miliar. Kemudian, setelah dilakukan hilirisasi, nilai ekspornya melonjak menjadi USD30 miliar pada 2024, atau naik 10 kali lipat.
"Kemudian kita juga lihat di kelapa sawit, kan sudah terjadi. Next, yang mungkin bisa investasi hilirisasi rumput laut," ujarnya.
Lebih lanjut, ia juga akan memastikan setiap prosesnya Danantara harus mempertimbangkan aspek kehati-hatian, sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.
"Harapannya, dengan investasi di sektor yang tepat dapat mewujudkan dampak terukur dan luas sesuai dengan parameter Danantara, yaitu penciptaan lapangan pekerjaan, mengurangi impor, meningkatkan ekspor, dan tentunya daya saing," katanya.