Lanjut Rhenald, ekonomi Indonesia juga bergantung pada permintaan dari Tiongkok yang saat ini sedang melambat akibat krisis properti dan berdampak pada harga komoditas.
“Kemudian berikutnya lagi, mata uang. Sensitif kita. The Fed menaikkan bunga? Sudah deh. Merembet ke mana-mana,” papar Rhenald.
Tantangan lainnya terletak pada sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini kasus stunting. Meskipun angkanya sudah menurun, Rhenald menilai bahwa kasus stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia masih perlu ditingkatkan, karena stunting berdampak pada perkembangan kognitif dan produktivitas di masa depan.
Adapun tantangan selanjutnya adalah regulasi yang saling bertabrakan, di mana membuat pelaku usaha dan masyarakat bingung serta takut untuk bertindak.
Baca Juga: Rhenald Kasali Bicara Pentingnya Kecerdasan Bercakap-cakap
“Regulatory framework kita tumpang tindih, saling menjerat. Kerjanya kita pakai peraturan ini, kita ditangkap pakai peraturan yang lain. Akhirnya orang mau kerja benar jadi takut. ‘Daripada kerja benar, udah lah gue diem aja deh’,” kata Rhenald.
Ketidakjelasan aturan membuat orang lebih memilih diam daripada mengambil risiko berusaha. Jika dibiarkan, hal ini bisa menghambat inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan reformasi untuk memperbaiki regulasi agar lebih jelas dan mendukung aktivitas ekonomi.
“Kayak mobil aja, supaya gak baret gimana? Taruh di garasi aja deh. Mobil yang bersih, yang tidak garet itu tandanya mobil yang gak pernah dipakai.Kan begitu? Kan celaka kalau gitu. Nah, jadi kita harus memperbaiki ini,” imbuhnya.