PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) memaparkan kinerja hingga sembilan bulan pertama 2025 serta agenda strategis memasuki tahun 2026 dalam Public Expose Tahunan 2025 yang digelar secara virtual melalui Microsoft Teams pada Rabu (3/12/2025). Forum ini menjadi komitmen perseroan untuk terus menghadirkan transparansi kepada publik dan pemegang saham.

Acara dihadiri oleh Prakash Chand Bumb, Direktur dan CFO, serta Mukesh Agrawal, Direktur dan COO. Corporate Secretary ESSA, Shinta Siringoringo, menjelaskan rangkaian agenda mulai dari profil perusahaan, performa keuangan, kondisi operasional, perkembangan ESG, hingga rencana bisnis tahun depan.

Baca Juga: ESSA Siapkan Pembangunan Fasilitas Manufaktur Sustainable Aviation Fuel (SAF)

“Agenda Public Expose hari ini adalah sekilas tentang ESSA, ringkasan kuartal ketiga, kinerja operasional dan keuangan, serta rencana dan prospek 2026,” ungkapnya saat membuka sesi pemaparan.

Dalam video profil yang ditampilkan, ESSA menegaskan posisinya sebagai pemain strategis di industri energi dan petrokimia melalui dua aset utama: Kilang LPG di Palembang dan pabrik amoniak Banggai Amonia Plant di Luwuk.

Baca Juga: Penataan Distribusi LPG 3 Kg, Pengecer Berperan Jadi Subpangkalan

Kilang LPG yang telah beroperasi sejak 2007 memiliki kapasitas produksi 174 ton per hari, sementara fasilitas amoniak mampu menghasilkan 1.900 ton per hari menggunakan teknologi KBR Purifier, salah satu proses produksi amoniak paling efisien di dunia. Saham ESSA juga tercatat dalam indeks bergengsi seperti IDX80, FTSE Indonesia, MSCI Small Cap, dan KOMPAS100.

Kinerja keuangan ESSA selama sembilan bulan pertama 2025 menunjukkan tekanan akibat fluktuasi harga komoditas global dan dinamika pasokan. Pendapatan tercatat turun 13% menjadi USD 200,4 juta, EBITDA turun 24% menjadi USD 73,8 juta, dan laba bersih turun 37% menjadi USD 21,3 juta. Penurunan kinerja dipengaruhi harga rata-rata amoniak yang melemah 10% menjadi USD 312 per metrik ton.

Baca Juga: Tingkatkan Performa, Pertamina Pasang Teknologi Baru di Terminal LPG Tanjung Sekong

Namun, ESSA menegaskan kondisi keuangan tetap kuat berkat strategi penguatan struktur modal. Perseroan resmi bebas pinjaman sejak Juli 2025 setelah menyelesaikan program deleveraging empat tahun terakhir.

Di sisi operasional, ESSA mempertahankan performa stabil dengan availability rate kilang LPG mencapai 99,7%, mencatat 76 bulan tanpa plant trip, serta 6,3 juta jam kerja aman pada fasilitas LPG dan 9,1 juta jam pada fasilitas amoniak.

Baca Juga: Tambah Rute Baru, Kapal Pertamina International Shipping Sukses Antarkan LPG ke Negara Baltik

Hingga September 2025, ESSA telah mengirimkan 5 juta ton amoniak melalui 195 pengapalan, memperkuat posisi pabrik sebagai salah satu aset paling produktif di kawasan Timur Indonesia.

Keberlanjutan menjadi komitmen penting ESSA, terbukti dari Proper Biru selama 10 tahun berturut-turut dan berbagai penghargaan lingkungan pada bisnis amoniak, termasuk Best Practice in Biodiversity, CEO Green Leadership, serta Platinum Award dari Sucofindo. ESSA juga menyampaikan bahwa roadmap ESG terstruktur akan rampung pada awal 2026 sebagai bagian penguatan tata kelola jangka panjang.

Menutup paparan, Prakash Chand Bumb mengungkapkan fokus perseroan untuk tahun 2026, yaitu peningkatan efisiensi energi, digitalisasi operasional, optimalisasi kapasitas produksi, serta pengelolaan modal yang lebih konservatif pasca pelunasan seluruh pinjaman. Strategi tersebut diharapkan memperkuat ketahanan ESSA menghadapi gejolak industri energi dan petrokimia yang dinamis.

Public Expose 2025 menjadi momentum ESSA menegaskan kesiapan memasuki 2026 dengan arah yang lebih efisien, terkendali, dan berorientasi keberlanjutan—memadukan stabilitas operasional dan inovasi teknologi untuk menjawab tantangan industri yang terus berkembang.