Sjafrie Sjamsoeddin bukanlah nama baru dalam lingkaran kekuasaan pertahanan Indonesia. Dengan rekam jejak panjang di dunia militer, ia dikenal sebagai sosok yang dekat dengan Prabowo Subianto, hubungan yang terjalin sejak keduanya menjadi taruna di akademi militer.

Penunjukan Sjafrie sebagai Menteri Pertahanan pada 21 Oktober 2024 dipandang sebagai bentuk konsolidasi kekuatan strategis untuk memperkuat keamanan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Dan, dikutip dari berbagai sumber pada Kamis (16/10/2025), berikut ulasan singkat Olenka mengenai profil Sjafrie Sjamsoeddin.

Latar Belakang Pribadi

Sjafrie lahir di Ujung Pandang (Makassar), Sulawesi Selatan, pada 30 Oktober 1952. Ia merupakan anak keenam dari pasangan Letkol TNI (Purn) Haji Sjamsoeddin Koernia dan Hamdana, dari 11 bersaudara.

Dalam kehidupan pribadinya, Sjafrie menikah dengan Etty Sudiyanti dan dikaruniai dua anak, yaitu Kolonel Inf. Muhammad Benrieyadin Sjafrie, B.Sc., M.Sc., dan Siti Benita Friyati.

Pendidikan Militer dan Awal Karier

Dikutip dari laman Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, perjalanan militer Sjafrie dimulai di Akademi Militer (Akabri) pada tahun 1974.

Ia kemudian menempuh berbagai pendidikan militer bergengsi seperti Sesarcabif, Dik PARA dan Dik PARA Utama, Dik Free Fall, Komando dan Pandu Udara, Diklapa I dan II, Seskoad (1989), Sesko TNI, Lemhannas RI, serta pelatihan Terrorism in Low Intensity Conflict. Ia juga memperdalam ilmu manajemen di Institut Manajemen Bisnis Indonesia.

Setelah lulus Akabri, Sjafrie bergabung dengan satuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus), yang saat itu masih bernama Kopassandha. Ia mengawali tugas sebagai Komandan Peleton (Danton) Grup 1, kemudian menjabat sebagai Komandan Kompi (Danki) II, Perwira Intel Grup I, hingga Komandan Satlak Pengawal Pribadi Presiden RI. Selama masa tugasnya, ia menjadi pengawal pribadi Soeharto dan bagian dari lingkaran dalam kekuasaan Orde Baru.

Meskipun sempat menjadi sorotan karena posisinya pada peristiwa kerusuhan Mei 1998, Sjafrie tetap bertahan sebagai figur kuat dalam dunia pertahanan.

Setelah pensiun dari dinas militer, ia dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan sejak 2005, sebelum akhirnya ditunjuk sebagai penasihat khusus Prabowo saat Prabowo menjabat Menhan.

Karier Militer dan Jabatan Strategis

Karier militer Sjafrie dipenuhi capaian strategis. Ia mengawali kiprah kepemimpinan dengan menjadi Komandan Nanggala X di Timor-Timur pada 1976, kemudian Komandan Nanggala XXI di Aceh pada 1987.

Kariernya terus menanjak saat dipercaya menjadi Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), Danrem 061/Suryakencana (1995), Kasgartap I Ibu Kota (1996), dan Kasdam Jaya (1996).

Setahun kemudian, ia menjabat sebagai Pangdam Jaya, lalu Aster Kasum TNI (1998), Koorsahli Panglima TNI (2001), dan Kapuspen TNI (2002). Selepas dari lingkungan TNI, Sjafrie menjabat Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan pada 2005, Wakil Menteri Pertahanan periode 2010–2014, Asisten Khusus Menteri Pertahanan periode 2019–2024, hingga akhirnya dipercaya menjadi Menteri Pertahanan RI sejak 2024.

Dikutip dari Kompas, saat menjabat sebagai Sekjen Kemenhan, Sjafrie melakukan pembenahan signifikan dalam sistem pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) guna memperketat celah permainan kepentingan dan memperkuat transparansi serta efektivitas sistem pertahanan nasional.

Sahabat Dekat Prabowo

Kedekatan Sjafrie dan Prabowo terjalin sejak masa muda mereka sebagai taruna. Keduanya dikenal sebagai rekan seangkatan yang kemudian sama-sama menapaki karier gemilang di TNI.

Jika Prabowo meniti karier hingga menjadi Pangkostrad, Sjafrie menonjol sebagai Pangdam Jaya dan pejabat strategis di Kemenhan.

Kedekatan personal ini menjadikan Sjafrie bukan sekadar bawahan atau kolega, melainkan salah satu orang kepercayaan Prabowo di lingkar dalam pemerintahan.

Baca Juga: Profil Ahmad Muzani: Politisi yang Menapaki Karier dari Wartawan ke Pucuk Pimpinan MPR RI

Jejak di Pemerintahan dan Pengangkatan Menhan

Sjafrie dilantik sebagai Menteri Pertahanan RI pada 21 Oktober 2024 dalam Kabinet Merah Putih 2024–2029. Sebelum menduduki jabatan ini, ia telah menjadi penasihat khusus Prabowo di Kementerian Pertahanan. Penunjukan tersebut memperkuat sinergi pertahanan di bawah pemerintahan Prabowo–Gibran.

Selain menjabat sebagai Menhan, dikutip dari Detik, Sjafrie juga dipercaya memegang sejumlah posisi strategis lainnya.

Ia dilantik sebagai Ketua Dewan Pertahanan Nasional (DPN) pada 16 Desember 2024, kemudian ditunjuk sebagai Ketua Pengarah Penertiban Kawasan Hutan berdasarkan Perpres Nomor 5 Tahun 2025.

Ia juga sempat mengemban tugas sebagai Menko Polhukam Ad Interim menggantikan Budi Gunawan setelah reshuffle kabinet.

Dengan rangkap jabatan tersebut, Sjafrie menjadi salah satu tokoh kunci dalam struktur pemerintahan, khususnya di sektor pertahanan dan keamanan. Peran strategisnya mencerminkan kepercayaan besar pemerintah terhadap pengalaman dan kepemimpinannya.

Penghargaan dan Tanda Jasa

Sebagai perwira TNI, Sjafrie menerima berbagai tanda kehormatan atas dedikasi dan pengabdiannya. Ia dianugerahi Bintang Mahaputera Utama serta Bintang Kartika Eka Pratama, Satyalancana Dharma Bantala, Satyalancana Kesetiaan, dan Satyalancana Raksaka Dharma. Pengakuan internasional juga diraihnya melalui Master Parachutist Badge dari US Army.

Dikutip dari Kompas, pada 10 Agustus 2025, ia dianugerahi pangkat Jenderal Kehormatan Bintang 4 dalam acara “Gelar Pasukan Operasional dan Kehormatan Militer” di Pusdiklatpassus Kopassus, Batujajar, yang dihadiri langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.

Kontroversi

Meski karier militernya cemerlang, Sjafrie tidak lepas dari kontroversi. Dikutip dari Infobank, pelantikannya sebagai Sekjen Kemenhan pada 2005 sempat diwarnai protes dari aktivis HAM terkait dugaan keterlibatannya dalam kerusuhan Mei 1998. Meski demikian, hal tersebut tidak menghentikan laju kariernya di pemerintahan.

Kekayaan

Dikutip dari Tribunnews, laporan LHKPN per 18 Januari 2025 mencatat total kekayaan Sjafrie sebesar Rp99,12 miliar. Mayoritas kekayaannya berbentuk aset tanah dan bangunan di Kabupaten Bogor dan Jakarta Selatan senilai Rp96,38 miliar.

Ia juga memiliki dua kendaraan, yakni Lexus Minibus dan Land Rover Discovery 4, dengan total nilai Rp2,42 miliar, serta simpanan kas Rp316,39 juta. Ia juga melaporkan tidak memiliki utang.

Baca Juga: Mengenal Sultan Bachtiar Najamudin: Politisi yang Pernah Usaha Service AC, Kini Pimpin DPD RI