Presiden Prabowo Subianto ikut hadir dan berpidato dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (KTT PBB) pada Selasa (23/9/2024).
Pidato Prabowo di forum ini mengakhiri penantian panjang Indonesia yang sudah 10 tahun absen di forum PBB, ini sekaligus menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu masyarakat.
Sebagaimana diketahui bersama, pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia tak sekalipun hadir secara langsung di forum ini.
Baca Juga: Sorotan Rocky Gerung: Prabowo Tak Peka dengan Tuntutan Rakyat!
Dalam pidatonya, Prabowo secara khusus berbicara soal dukungan Indonesia terhadap solusi dua negara untuk mengakhiri konflik Israel dan Palestina. Dia menyoroti tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza.
“Ribuan nyawa tak berdosa, banyak di antaranya perempuan dan anak-anak, telah terbunuh. Kelaparan mengancam. Bencana kemanusiaan sedang terjadi di depan mata kita. Kami mengutuk semua tindakan kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa,” kata Prabowo dilansir Selasa (23/9/2025).
Presiden menegaskan bahwa tanggung jawab historis masyarakat internasional bukan hanya menyangkut masa depan Palestina, tetapi juga masa depan Israel dan kredibilitas PBB itu sendiri. Menurutnya, Indonesia tetap konsisten pada solusi dua negara sebagai jalan satu-satunya menuju perdamaian.
“Oleh karena itu, Indonesia kembali menegaskan komitmennya terhadap solusi dua negara dalam masalah Palestina. Hanya solusi dua negara inilah yang akan membawa perdamaian,” tegasnya.
“Kita harus menjamin kenegaraan Palestina, tetapi Indonesia juga menyatakan bahwa setelah Israel mengakui kemerdekaan dan kenegaraan Palestina, Indonesia akan segera mengakui Negara Israel dan kami akan mendukung semua jaminan keamanan Israel,” lanjutnya.
Dalam pidatonya, Presiden turut menyampaikan pentingnya Deklarasi New York yang dianggap telah memberikan jalur damai dan adil menuju perdamaian. Menurutnya, pengakuan kenegaraan harus membawa arti perdamaian sejati bagi semua pihak.
Kepala Negara pun mengapresiasi langkah sejumlah negara besar yang telah mengakui Palestina, termasuk Prancis, Kanada, Australia, Inggris, dan Portugal. “Pengakuan Negara Palestina adalah langkah yang tepat di sisi sejarah yang benar. Bagi mereka yang belum bertindak, kami katakan sejarah tidak berhenti,” tuturnya.
Lebih lanjut, Presiden menegaskan bahwa penghentian perang di Gaza harus menjadi prioritas utama dunia internasional. Indonesia siap berkontribusi aktif, termasuk dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian di bawah mandat PBB.
“Kita harus mengatasi kebencian, ketakutan. Kita harus mengatasi kecurigaan. Kita harus mencapai perdamaian yang dibutuhkan umat manusia. Kita siap mengambil bagian dalam perjalanan menuju perdamaian ini. Kita bersedia menyediakan pasukan penjaga perdamaian,” kata Presiden
Prabowo juga menyerukan pengakhiran kekerasan di Palestina. Dia mengecam kekerasan terhadap warga sipil.
Insiden Mikrofon Mati
Kehadiran Prabowo dalam forum PBB ini juga menimbulkan berbagai peristiwa yang disorot publik. Salah satunya insiden matinya mikrofon saat sedang berpidato.Mikrofon Prabowo mati saat menyampaikan kalimat 'kami bersedia menyediakan pasukan perdamaian'
Mengenai insiden tersebut, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) melalui Direktur Informasi dan Media Kemlu, Hartyo Harkomoyo mengatakan, mikrofon itu otomatis mati karena ada batasan waktu.
Baca Juga: Anak Buah Megawati Didepak Prabowo, PDI-P Merespons
"Terdapat aturan prosedur bahwa setiap negara mendapat kesempatan 5 menit. Apabila pidato lebih dari 5 menit, maka mikrofon akan dimatikan," kata Hartyo Harkomoyo.
Dia menyebut setiap pertemuan PBB memiliki aturan tersendiri. Salah satunya alokasi waktu yang diberikan bagi setiap anggota delegasi untuk menyampaikan pandangan mereka di hadapan sidang.
Dia mengatakan suara Prabowo tiba-tiba terputus dan tidak muncul dalam siaran langsung Sidang Majelis Umum PBB karena durasinya telah habis. Namun, Hartyo mengatakan Prabowo menyampaikan pidato dengan lantang sehingga delegasi PBB yang hadir di ruang sidang masih mendengar suara Prabowo meski tanpa mikrofon.
"Meski mikrofon dimatikan, pidato Presiden Prabowo masih jelas terdengar oleh para delegasi di Aula Sidang Majelis Umum," katanya.
Selain Prabowo yang berpidato di urutan kelima, mikrofon mati terjadi saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato. Direktorat Komunikasi Turki juga menyebut mikrofon itu mati otomatis karena pidato Erdogan melampaui batas waktu 5 menit.