Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada tahun 2024 yang berpotensi besar didorong oleh konsumsi dan investasi, sebagaimana disoroti dalam Indonesia Economic Update terbaru PwC Indonesia. Laporan ini menyajikan sentimen yang beragam, baik di perekonomian global maupun di Indonesia.

Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% pada tahun 2023 meskipun perekonomian global melemah. Meski pertumbuhan tahun 2023 sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,31%, pertumbuhan tersebut tetap patut diperhatikan di tengah tantangan perekonomian global. Inflasi turun secara signifikan menjadi 2,61%, turun dari 5,51% pada tahun sebelumnya yang mencerminkan efektivitas kebijakan moneter negara.

Baca Juga: Daya Saing Indonesia Naik 7 Peringkat ke Posisi 27 Dunia, Lampaui Jepang hingga Inggris

"Indonesia menargetkan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada tahun 2024, meskipun terdapat tantangan seperti penurunan harga komoditas dan kondisi perekonomian di Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia. Konsumsi domestik, yang menyumbang 57% terhadap PDB Indonesia pada tahun 2023, diperkirakan akan tetap menjadi kontributor utama dalam mencapai target ini terutama setelah memperhitungkan kenaikan gaji sebesar 8% untuk 3,7 juta pegawai negeri serta peningkatan belanja untuk kegiatan terkait pemilu," terang Julian Smith, PwC Indonesia Investment Director, dikutip Jumat (21/6/2024).

Kemenangan pemilu Prabowo Subianto pada tahun 2024 dan komitmennya untuk melanjutkan beberapa kebijakan pemerintahan saat ini menandakan iklim investasi yang stabil dan berkurangnya ketidakpastian politik, yang penting untuk memungkinkan Indonesia mencapai target investasi sebesar Rp1.650 triliun pada tahun 2024, dengan setidaknya 50% berasal dari investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI). Investasi prioritas antara lain pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, pengembangan kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, serta megaproyek pemindahan ibu kota (Ibu Kota Nusantara).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024 menargetkan penerimaan negara sebesar Rp2.802,3 triliun dan belanja negara sebesar Rp3.325,1 triliun sehingga diperkirakan akan mengalami defisit sebesar Rp522,8 triliun. Bidang pengeluaran utama meliputi pendidikan, perlindungan sosial, kesehatan, dan infrastruktur. Pada tahun 2023, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US$36,91 miliar, turun 32,22% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh turunnya harga komoditas global.

Inflasi Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan berkisar 2,6% dengan tantangan berupa volatilitas harga pangan dan bahan bakar, serta potensi gangguan rantai pasokan global yang memengaruhi harga barang impor. Nilai tukar US$ terhadap Rupiah (IDR) terus menunjukkan tren peningkatan, terutama didorong oleh sikap The Fed yang hawkish dalam mempertahankan kebijakan moneter ketat.

Sikap ini berkontribusi pada depresiasi nilai tukar Rupiah yang mencapai level terendah dalam 3,5 tahun terakhir, yaitu Rp16.249/US$ pada bulan April 2024. Sebagai responsnya, Bank Indonesia telah menetapkan BI rate sebesar 6,25% untuk mengatasi perlambatan pasar ekonomi global dan untuk mengantisipasi suku bunga Federal Reserve yang lebih tinggi.

Di tengah tantangan perekonomian ini, Indonesia masih mempunyai tingkat lapangan kerja yang tinggi yaitu sebesar 69,80%, salah satu yang tertinggi di antara negara-negara G20, meskipun lebih dari separuh pekerjanya berada di sektor informal. Negara ini memperoleh manfaat dari peningkatan ekspor produk logam peleburan akibat kebijakan hilirisasi. Namun, masih ada potensi pertumbuhan lebih lanjut yang signifikan dengan memperluas jangkauan produk-produk teknologi tinggi dan memaksimalkan dampaknya terhadap lapangan kerja sehingga dapat membantu memperkuat perekonomian dalam menghadapi tekanan keuangan eksternal.

Julian Smith menyimpulkan, "Meskipun terdapat tantangan pada tahun 2023, Indonesia telah menunjukkan ketahanan terhadap guncangan global dan basis ekonomi yang semakin terdiversifikasi diharapkan dapat memitigasi dampak buruk tersebut sehingga berpotensi memberikan landasan yang kokoh bagi pertumbuhan yang berkelanjutan."