Krisis Moneter (Krismon) 1998 meluluhlantakan perekonomian Indonesia, bahkan konglomerat super kaya sekalipun dibikin bertekuk lutut oleh ganjang ganjing kondisi ekonomi ketika itu. Krismon adalah bencana dahsyat yang pernah hampir menumbangkan negri ini. Mereka yang selamat dan berhasil keluar dari kondisi semacam itu adalah orang-orang beruntung.
Ciputra adalah salah satu tokoh yang terkena pukulan hebat krismon. Ia memang berhasil melewati badai itu tapi kondisinya tidak baik-baik saja. Ia babak belur dihantam keadaan. Peristiwa itu bahkan terjadi setelah ia mengundurkan diri dari jabatan Direksi Jaya Group, Konglomerasi bisnis hasil kolaborasi pemerintah dan swasta, dalam hal ini adalah Ciputra Group.
Baca Juga: Kisah Spiritual dan Jejak Iman yang Tersembunyi dalam Hidup Ciputra
“Masa krisis ini terjadi hanya setahun setelah saya mengundurkan diri dari jabatan direksi bersama Soekrisman dan Hiskak Secakusuma. Kami telah sama-sama merasa cukup tua dan lebih baik mundur menuju kursi pengamat dan penasihat. Kami bertiga memilih duduk sebagai Komisaris Jaya Group,” kata Ciputra dilansir Olenka.id Sabtu (2/8/2028).
Kondisi Krismon membuat Ciputra benar-benar terhimpit, Jaya Group terlilit utang yang menggunung, nasib yang sama juga menimpa Perusahaan lainnya di Ciputra Group yakni Metropolitan Development. Ciputra benar-benar dibikin kelimpungan dengan nilai utang yang terus membengkak di dua perusahaan itu.
“Kala itu, utang Jaya Group sebesar ratusan miliar. Sama dengan nasib Ciputra Group, jumlah utang ini akhirnya membengkak karena adaptasi terhadap nilai tukar dolaryang melambung,” ucapnya.
Segala upaya dilakukan untuk menyelamatkan perusahaan, namun kondisinya tak kunjung membaik. Jaya Group nyaris bangkut. Nilai jual propertinya terjun bebas. Harganya benar-benar anjlok.
Di sisi lain mereka mesti berhadapan dengan para kreditur yang datang penuh amarah. Jangan ditanya bagaimana pergulatan mental Ciputra dan para direksi.
“Beban kami berat. Nilai properti Jaya Group terjun bebas, dan perlahan-lahan kami hampir mencapai pailit. Para direksi berjuang keras agar Jaya Group tidak bangkrut. Membayar utang dengan memberi kavling, meminta penundaan jadwal pembayaran, dan memohon restrukturisasi pembayaran utang, menjadi jalan keluar yang ditempuh,” beber Ciputra.
“Banyak dari mereka (Kreditur-kreditur) menolak apa pun yang ditawarkan tim Jaya. Restrukturisasi skema pembayaranutang ditentang keras. Mereka mengucapkan kata-kata kasar, bahkan mengancam. Ada pula yang hendak menyita gedung Jaya,” tambahnya.
Tenang dan Jernih
Siapapun yang dihadapkan pada kondisi seperti bakal pusing tujuh keliling, namun Ciputra Cs tidak begitu. Kendati pusing dan stres namun mereka tetap menunjukan profesionalisme. Tenang dan berusaha berpikir jernih tak boleh menghadapi situasi seperti ini dengan amarah atau emosi yang menggebu, yang ada masalah justru semakin rewut.
Ciputra Cs menunjukan sikap yang sportif. Mereka bersedia menghadapi semua masalah ini dengan berbagai konsekuensinya. Mereka tak pernah lari dari tanggung jawab. Di sini mereka menunjukkan sikap kesatria sebagai pengusaha.
“Kami jujur bahwa kami memang tidak mungkin membayar utang dengan tunai pada saat itu. Bagaimana mungkin? Membayar pakai apa? Namun, kami bersedia melepas aset kami berupa kavling jika para kreditur dan bank bersedia. Artinya, kami tidak lari dari tanggung jawab,” ucapnya.
Ciputra tak pernah berpikir yang muluk-muluk, ia hanya ingin bertahan setidaknya sampai badai Krismon itu meredah tanpa menumbalkan Jaya Group. Intinya perusahaan ini harus tetap berdiri walau sudah nyaris luluh lantak setelah beberapa pentingnya cabut bahkan ada yang sakit hingga meninggal dunia.
Salah satu direksi, Hanafi Lauw, menderita sakit berat dan akhirnya wafat. Kemudian Presiden Direktur, Tanto Kurniawan, mengundurkan diri, dan akhirnya posisinya digantikan oleh Soekrisman.
Soekrisman pun pada akhirnya sakit berat dan terpaksa meminta waktu untuk istirahat, tak bisa lagi menjadi presiden direktur.
Baca Juga: Filosofi Sukses Ciputra di Balik Ciputra Group: Jangan Pernah Kejar Kekayaan
“Saat itu, bisa bertahan agar tetap ada saja sudah bagus. Dan memang itulah yang saya pesankan pada mereka. Bertahanlah. Jaga Jaya Group agar jangan sampai dipailitkan. Banyak cobaan di tengah perjuangan berat ini,” ucapnya.
Hal paling menyakitkan imbas Krismon yang tak pernah dilupakan Ciputra adalah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang tak mampu ia bendung. Jaya Group benar-benar dalam kondisi sekarat.
“Pemberlakuan PHK, pemotongan gaji karyawan, dan penawaran pensiun dini. Apa boleh buat. Kondisi benar-benar sekarat. Tak ada proyek,” imbuhnya.
Bertekuk Lutut
Belum kelar masalah menghadapi krismon bareng Jaya Group, Ciputra dipaksa menghadapi kenyataan yang sama bersama Metropolitan Development. Bersama perusahaan ini Ciputra baru saja merampungkan sebuah mahakarya, yakni proyek membangun kota mandiri yang ia sulap dari hamparan kebun karet yang mahaluas.
Itu adalah proyek pembangunan BSD, dalam menggarap proyek ini Metropolitan menggandeng sejumlah perusahaan swasta lain yakni Sinar Mas Group dan Salim Group, sistem kerja samanya adalah pembagian saham.
“Metropolitan Development memiliki saham di BSD, bersama Salim Group dan Sinar Mas. Saya demikian bahagia menggarap proyek BSD. Bukan saja karena saya yang pertama kali bisa melihat potensi masa depan dari hamparan kebun karet mahaluas itu, tapi juga karena cita-cita membuat kota mandiri memang telah begitu lama saya dambakan Passion saya sangat kuat di BSD. Setiap detail pembangunan di sana, saya ikuti,” ucapnya.
Namun kebahagian Ciputra tak bisa tinggal lama bersamanya, Krismon merenggut semuanya, puncaknya adalah ketika Metropolitan tak bisa membayar semua utangnya hingga sahamnya diambil alih. Ciputra sangat terpukul namun ia tak bisa berbuat banyak. Pasrah adalah satu-satunya pilihan yang ia ambil dengan berat hati.
“Kala itu, Metropolitan Development berutang pada salah satu bank swasta Indonesia. Malang, saat krismon menghantam, kami tak bisa membayar cicilan utang yang membumbung tinggi. Akhirnya, saham kami di BSD diambil alih untuk membayar utang. Itu sangat menyakitkan. Tapi, apa mau dikata. Saya harus menerima itu,” ucapnya.
Bagi Ciputra krismon adalah sebuah pukulan telak sekaligus sebagai bahan refleksi. Bahwa sehebat apapun manusia ia tetaplah debu di hadapan Tuhan. Krismon adalah jalan takdir yang tak bisa ditolak, walau berat namun jalan itu mesti dipakai hingga tuntas, krismon adalah badai dahsyat membuat kita menjadi lebih kuat.
“Krismon memang menghancurkan dan melukai banyak orang. Satu pukulan hebat yang memaksa orang untuk tiarap, berlutut, dan mengakui kelemahan. Ternyata manusia tidak ada apa-apanya ketika Tuhan berkehendak krismon terjadi. Bahkan pengusaha, yang telah mengibarkan nama di sana sini dan selalu berhasil dalam setiap proyek yang digarap seperti saya,bisa bertekuk lutut.Chaos. Benar-benar chaos,” tutupnya.