Oleh karena itu, lanjut Eniya, fokus saat ini adalah menentukan langkah-langkah konkret untuk memastikan target pertumbuhan ekonomi yang sudah dicanangkan itu dapat tercapai pada waktunya.
Dalam kesempatan tersebut, Eniya turut mengungkap pencapaian potensi EBT pada 2024 dengan install capacity mencapai 14.110 MW atau setara 0,38% dari total potensi EBT Indonesia sebesar 3.687 GW (atau 3,6 TW).
“Jadi capaian EBT kita itu kemarin 13,9 sekarang jadi 14,1%. Target bauran EBT yang tercapai sudah tambah 1%,” tutur Eniya.
Salah satu tambahan kapasitas signifikan berasal dari PLTA, seperti PLTA Asahan yang segera diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto dan PLN. Selain itu, pembangkit listrik berbasis panas bumi juga akan segera beroperasi, menambah kontribusi pada bauran energi nasional.
Baca Juga: Percepat Elektrifikasi dan Pengembangan EBT, PLN Raih Pendanaan World Bank USD581,5 Juta
Lanjut Eniya, pentingnya mendorong pemanfaatan EBT di sektor industri dan manufaktur untuk meningkatkan produktivitas. Saat ini, penggunaan listrik masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga, seperti untuk perangkat elektronik, sehingga pertumbuhan di sektor industri perlu dipercepat agar pemakaian EBT lebih optimal.
Di samping itu, saat ini pemerintah juga sedang mempersiapkan perdagangan karbon internasional, dengan harapan harga karbon dapat meningkat dari 2-3 dolar per ton CO2 menjadi 50 dolar.
Eniya optimis hal tersebut bisa terwujud lantaran Indonesia memiliki potensi besar dalam perdagangan karbon karena kapasitas penyimpanan karbonnya mencapai 600 gigaton CO2 dan terbesar di dunia. Menurutnya, hal tersebut merupakan peluang besar untuk memanfaatkan sumber daya karbon sebagai bagian dari strategi energi berkelanjutan.
“Apakah nanti akan terwujud atau tidak?Mudah-mudahan bisa terwujud. Carbon storage capacity di kita itu saat ini 600 Giga ton CO2 dan itu terbesar di dunia. Dan ini potensi yang luar biasa Untuk kita bisa trading karbon nantinya,” imbuhnya.
Dalam kesempatan lain, seperti dikutip dari laman Forest Insght, Eniya menjelaskan bahwa mulai Januari 2025, Indonesia akan menerapkan kebijakan mandatory B40 pada biodiesel serta mengembangkan bioetanol dan bioavtur. Salah satu langkah strategis adalah pembangunan PLTS terapung di permukaan waduk, dengan potensi sebesar 14,7 GW dari 257 waduk yang tersebar di berbagai wilayah.
Indonesia juga memiliki potensi besar dalam energi arus laut, terutama di wilayah timur, meskipun masih penuh tantangan. Untuk mencapai target Net Zero emisi karbon, investasi dalam pengembangan EBT diperkirakan membutuhkan setidaknya 55 miliar dolar AS, di mana membuka peluang besar bagi para investor.