Aspek keberlanjutan (sustainability) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tanggung jawab perusahaan-perusahaan yang ada dan banyak dari mereka menyadari bahwa mengurangi jejak karbon (carbon footprint) dapat berjalan beriringan dengan peningkatan performa bisnis, terutama dengan menggunakan inovasi berbasis kecerdasan buatan (atau artificial intelligence-AI).

Di Indonesia, transformasi ini sangat diperlukan untuk mendukung komitmen iklim nasional, seperti pada target mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 29% dalam kondisi normal di tahun 2030, sebagaimana tercantum dalam Nationally Determined Contributions (NDC) yang telah diperbarui oleh pemerintah.

Baca Juga: Salesforce Luncurkan Layanan Agen AI Terbarunya: Agentforce

"Di IBM, kami berkomitmen membantu organisasi-organisasi di seluruh Indonesia mewujudkan tujuan keberlanjutan mereka menjadi hasil nyata yang dapat diimplementasikan. AI bukan hanya suatu alat untuk mengoptimalkan operasional bisnis, melainkan juga bisa berperan sebagai katalis perubahan penting bagi bisnis untuk usaha keberlanjutan mereka," kata Roy Kosasih, Presiden Direktur, IBM Indonesia, dikutip Rabu (18/9/2024).

Berikut adalah tiga cara bagaimana AI dapat membantu perusahaan mengurangi emisi sekaligus meningkatkan daya saing dan pendapatan mereka:

Mengoptimalkan rantai pasokan (supply chain) untuk peningkatan efisiensi

Rantai pasokan kerap menjadi penyumbang emisi tertinggi karena divisi logistik yang kurang efisien, produksi yang berlebihan, dan limbah yang dihasilkan. Dengan inovasi berbasis AI, manajemen rantai pasokan bisa memprediksi permintaan secara lebih akurat, mengoptimalkan rute logistik, dan meminimalkan limbah. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi emisi, tetapi juga menghasilkan penghematan biaya bagi perusahaan.

Dalam konteks komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi di berbagai sektor, optimalisasi operasional dengan AI juga dapat mendukung komitmen keberlanjutan negara untuk mengurangi emisi karbon. Pemerintah telah mencatat bahwa untuk mencapai target pengurangan 41%, mereka memerlukan kolaborasi dari perusahaan, publik, dan seluruh ekosistem yang terlibat.

Mengoptimalkan konsumsi energi

Konsumsi energi adalah salah satu kontributor terbesar emisi karbon dan AI dapat membantu mengurangi dampak ini dengan mengoptimalkan penggunaan energi. Dengan mengintegrasikan AI ke dalam proses monitoring yang sudah ada, bisnis dapat menganalisis pola konsumsi energi secara langsung di berbagai aspek operasi mereka. Wawasan baru yang bisa didapatkan lewat penggunaan AI ini memungkinkan penyesuaian yang proaktif untuk mencegah pemborosan energi, melakukan pengurangan emisi, dan memangkaskan biaya.

Sebagai contoh, di Water Corporation di Australia, bermigrasi ke infrastruktur berbasis AI yang didukung cloud berhasil mengurangi emisi karbon sekitar 150 metrik ton per tahun dan menurunkan biaya operasional lebih dari 40%. Kombinasi pemantauan berbasis AI dan infrastruktur ramah energi ini tidak hanya membantu bisnis mencapai tujuan keberlanjutan mereka, tetapi juga mengurangi biaya untuk kebutuhan energi sehingga memberikan manfaat langsung bagi laba perusahaan.