Erick Thohir menjelaskan bahwa kebutuhan daging sapi di Indonesia sebagian besar masih dipenuhi lewat impor. Pria yang kembali ditunjuk sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Pemerintahan Prabowo Subianto itu menyebut adanya ketidaksinambungan antara program pemerintah dengan praktik di tengah para peternak.

Dalam sebuah kesempatan, Erick menjelaskan jika 96% kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi lewat impor. Hanya 4%-nya yang mampu dipenuhi peternak Indonesia.

Baca Juga: Kelola Impor Sampah Plastik: CIPS Tinjau Resmi Implikasi Ekonomi dan Perdagangan Antar Negara

"Kenapa ini terjadi? Hal ini bisa terjadi karena adanya ketidaksinambungan antara pemerintah dengan peternak. Program pemerintah yang memberikan sapi-sapi kepada masyarakat terus dilakukan, tetapi kebijakan tersebut tidak mengatur waktu pemotongan sapi-sapi yang diternak," jelasnya, dikutip Jumat (22/11/2024).

Alhasil, ketika harga daging sapi sedang baik di pasaran, para peternak juga memotong sapi betina untuk dijual dagingnya. Hal itu mengakibatkan terkendalanya proses pengembangbiakkan. Oleh karena itu, saat permintaan daging dalam negeri meningkat, hewan yang tersedia tidak mencukupi sehingga pemerintah mengambil langkah untuk mengimpor daging.

"Nah, salah satu cara untuk mendisiplinkan para peternak ini adalah dengan membuat koperasi. Dengan begitu, para peternak ini punya tanggung jawab satu dan lainnya; tidak individu. Adanya keterikatan dalam koperasi membuat mereka tidak bisa mengambil kebijakan secara individu," ujar pria kelahiran Jakarta pada 30 Mei 1970 ini.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Erick sempat mengusulkan agar pemerintah membeli peternakan di luar negeri. Pernyataan itu, diakuinya, sempat membuat kontroversi di tengah masyarakat.

Menurutnya, pembelian peternakan di luar negeri akan lebih baik daripada hanya mengimpor daging sapi ke Indonesia. Setidaknya, Indonesia berkesempatan mengembangkan peternakan yang dibeli sehingga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dalam jangka waktu yang panjang.

"Daripada hanya impor daging, lebih baik Indonesia punya kepemilikan peternakan sapi di luar negeri. Paling tidak kan uangnya kembali ke kita. Selain berinvestasi di luar, harus terus dikembangkan ekosistem peternakan di Indonesia. Ketika kedua belah pihak ini bertemu, akan ada titik ekuilibrium bersama," pungkasnya.