Pemerintah mulai melakukan penjaringan calon siswa sekolah rakyat yang dikhususkan buat masyarakat ekstrem.

Wakil Kepala Staf Kepresidenan Muhammad Qodari bahkan ikut berkunjung ke sejumlah daerah untuk melihat langsung kondisi calon siswa sekolah rakyat. 

Qodari sendiri sudah bertemu dengan seorang anak dari keluarga kurang mampu, dimana ibunya hanya mengandalkan penghasilan dari mengupas bawang putih. Dimana sang ibu dibayar Rp10 ribu untuk satu karung bawang putih dengan total berat 20 Kg. Dalam sehari ia mengupas tiga karung. 

Baca Juga: Siapkan Talenta Digital, Bibit dan Sekolah Vokasi UNS Jalin Kerja Sama

Qodari mengatakan, pemerintah bakal menanggung seluruh biaya sekolah serta kebutuhan sehari-hari anak tersebut, ia tak menyebutkan nominal yang ditanggung pemerintah, namun ia memastikan biaya yang dikeluarkan pemerintah setara dengan penghasilan ibu dari anak tersebut selama empat tahun. 

"Biaya pendidikan dan kebutuhan hidup Ananda Arya selama satu tahun di Sekolah Rakyat setara dengan ibunya mengupas bawang setiap hari selama empat setengah tahun," kata Qodari dalam keterangannya, Rabu (4/6/2025).

Ia menyampaikan untuk menyelesaikan pendidikan di jenjang SMP selama tiga tahun saja, setara dengan 13,5 tahun kerja tanpa henti. Lalu, untuk menempuh pendidikan sampai lulus SMA setara dengan 27 tahun mengupas bawang setiap hari.

Selain di Bogor, Qodari juga mengunjungi calon siswa lainnya di Bantar Gebang, Kota Bekasi. Calon siswa itu baru saja lulus SMP, ayah dari anak itu bekerja sebagai pemulung barang bekas.

Qodari menyebut program Sekolah Rakyat akan memenuhi seluruh kebutuhan siswa. Mulai dari pendidikan, tempat tinggal, hingga makanan bergizi.

Ia mengatakan jika dihitung, nilai bantuan itu mencapai sekitar Rp50 juta per anak per tahunnya.

"Ini bukan sekadar angka, tetapi gambaran nyata bagaimana negara hadir meringankan beban rakyat kecil," ucapnya.

Baca Juga: Respons Istana Soal Keaslian Ijazah Jokowi

Ia mengatakan Sekolah Rakyat akan membuka harapan yang sama bagi setiap anak Indonesia tanpa melihat latar belakang ekonominya.

"Semua anak Indonesia berhak maju. Mereka harus bisa bermimpi setinggi langit, tanpa terkubur oleh keterbatasan ekonomi," ujar dia.