Penurunan daya beli masyarakat Indonesia belakangan ini menjadi perhatian serius para ekonom dan pelaku usaha. Melemahnya daya beli ini berdampak pada konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi motor penggerak utama perekonomian.
Terkait kondisi tersebut, Young Living, pemimpin industri essential oil dunia, melihat pelemahan daya beli masyarakat yang terjadi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi semua industri di tahun 2024.
“Memang sangat disayangkan kondisi Indonesia seperti ini (daya beli masyarakat lesu). Tetapi memang untuk Young Living itu sendiri kami masih sangat baik,” tutur Ksatrio Yudho Sampurno, selaku Vice President APAC South & General Manager Young Living Indonesia, saat ditemui Olenka, di Jakarta, baru-baru ini.
Pria yang akrab disapa Yudho ini pun menuturkan, Young Living tetap optimistis dengan prospek bisnisnya ke depan. Pasalnya, sejak resmi hadir di Indonesia pada 2017 lalu, Young Living Indonesia konsisten menjadi satu dari tiga pasar Young Living Essential Oils terbesar setiap tahunnya sejak 2019.
Menurut Yudho, selain mengusung kualitas kemurnian produk yang terjamin, Young Living pun melakukan strategi pendekatan bisnis yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen Indonesia.
“Selain mengusung kualitas kemurnian produk yang terjamin, kami juga bukan hanya menjual (produk) tapi juga memberikan masyarakat luas kesempatan untuk bisnis,” beber Yudho.
“Jadi, masyarakat juga bisa mendapatkan income atau mendapatkan penghasilan melalui Young Living. Oleh karena itu, itu yang membuat kami tetap bertahan cukup baik di situasi saat ini,” sambung Yudho.
Baca Juga: Terima Sertifikasi MUI, Young Living Indonesia Telah Terapkan Prinsip Syariah Sejak 2020