Momen Idulfitri menghadirkan peluang yang signifikan bagi para peritel dalam meningkatkan penjualan mereka melalui strategi promosi khusus yang tepat sasaran untuk menarik lebih banyak pelanggan dan mendorong pendapatan yang lebih tinggi. Menurut Survei Penjualan Ritel oleh Bank Indonesia, Indonesia mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dalam Indeks Penjualan Riil (RSI) selama beberapa bulan terakhir dengan peningkatan daya beli masyarakat selama bulan suci Ramadan yang juga dibantu adanya strategi diskon menjelang perayaan Idulfitri.
Namun, jika membahas persediaan untuk satu musim, sebagian besar peritel sudah sangat familiar dengan kemungkinan sisa stok pascapromosi musiman yang berujung menjadi limbah, atau penumpukan stok yang memiliki perputaran yang lambat atau tidak dapat dijual kembali, serta stok yang tidak mencukupi, yang mengakibatkan berkurangnya volume penjualan di periode berikutnya. Minat beli konsumen yang cenderung lebih tinggi selama periode musiman menyebabkan kesulitan dalam mengelola kelebihan barang promosi musiman.
Baca Juga: Meningkatnya Kebutuhan Adopsi AI dalam Customer Journey demi Keberlangsungan Bisnis
Menanggapi hal tersebut, Onni Rautio, Direktur Penjualan di RELEX Solutions, mengungkapkan, "Salah satu penyebab utama dari kelebihan barang promosi pada musim tertentu adalah melebih-lebihkan estimasi permintaan dan meremehkan dampak dari perkiraan permintaan yang tidak akurat yang berujung pada kelebihan stok. Untuk mengatasi masalah ini secara efektif, peritel perlu mempertimbangkan keterkaitan antara ukuran toko dan proses penyetokan barang."
"Dengan menerapkan strategi optimalisasi persediaan barang yang matang serta pengelolaan persediaan barang yang cermat sebelum dan sesudah Idulfitri, para peritel dapat menghindari potensi timbulnya masalah seperti kelebihan atau kehabisan stok serta memaksimalkan keuntungan pasca momentum penjualan musiman seperti Idulfitri," terangnya, dikutip Rabu (8/5/2024).
Investasi dalam sistem pelacakan barang ritel berlebih (overstock) yang andal dapat membantu mencegah terjadinya hal tersebut dan memungkinkan bisnis untuk memaksimalkan keuntungan. Teknologi manajemen stok menawarkan visibilitas secara real-time terhadap jumlah stok barang sehingga memungkinkan pelaku bisnis untuk membuat keputusan yang tepat terkait pengisian ulang stok, pemenuhan pesanan, serta manajemen penyimpanan barang.
Dengan sistem yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan kapasitas penyimpanan hingga 30%; menghindari kelebihan stok yang nantinya mampu untuk mengurangi tingkat limbah makanan hingga 10-40%; mengurangi kemungkinan kehabisan stok hingga 25% selama masa promosi; dan meningkatkan akurasi inventaris secara keseluruhan dengan menjamin ketersediaan produk hingga 99%.
Ketika periode belanja Idulfitri dimulai, jelas Onni, unit penyimpanan stok (SKU) di setiap toko dapat dipasok kembali melalui fitur pull control berdasarkan penjualan terakhir, perkiraan spesifik toko, dan persediaan barang yang aktual. Sementara, ketika ketersediaan stok sudah dipastikan sebelumnya, push control dapat digunakan menjelang akhir musim untuk memastikan produk musiman tidak menumpuk di gudang utama dan tidak ada kelebihan persediaan.
"Di tangan tim perencanaan utama, solusi yang dilengkapi dengan informasi yang cukup terperinci di tingkat pusat dapat menjadi solusi yang sangat ampuh. Hal ini penting terutama selama periode Idulfitri, ketika terdapat kemungkinan terjadinya fluktuasi permintaan konsumen dan kondisi pasar yang tidak menentu, sehingga para peritel dapat memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal lain–terutama pada para pelanggan mereka," tutup Onni Rautio.