Pementasan dirancang sebagai pengalaman, bukan hanya informatif, tetapi juga mengajak audience masuk ke perasaan batin para tokoh. Ia menutup penampilannya dengan harapan agar pesan yang dibawa dapat diterima audience. “Mudah-mudahan tadi yang nonton kerasa nyampe energinya ya,” katanya setelah sesi doorstop dan foto bersama.

Di luar Marcella, beberapa penampilan lain juga mencuri perhatian. Salah satunya adalah debut panggung Glory Hilary sebagai Christina Martha Tiahahu. Pengucapan dialek Ambon yang natural membuat perannya terasa lebih berkesan. Dalam sesi singkat dengan media, ia menyampaikan bahwa bagian tersulit justru bukan pada logat, melainkan konsistensi hafalan naskah. “Kalau pelafalan enggak ada kesulitan karena aku berdarah Ambon juga kan ya. Jadi lebih ke hafalan aja sih,” ujarnya.

Melalui cara penceritaan yang sederhana, Monoplay Melati Pertiwi mengajak audience melihat kembali perjalanan perempuan Indonesia dengan monolog yang menyenangkan untuk dinikmati. Pementasan di Gedung Kesenian Jakarta nantinya menjadi kesempatan untuk menikmati kisah-kisah itu secara lebih dekat sebagai bagian dari identitas bangsa yang terus relevan sampai hari ini.