Jalankan Bisnis dari Modal Pinjaman
Saat menjalankan bisnisnya itu, Tahir mengaku jika ia mendapatkan modal pinjaman dari kerabatnya, Wiryono. Selepas itu, Tahir pun menyewa ruang kantor untuk menjalankan bisnisnya yang berlokasi di Jl. Pintu Besar Selatan, yang sekarang bernama Jl. Gajah Mada.
Adapun, ruang kantor yang disewa Tahir itu tampak seperti ruko 2 lantai. Ia mempekerjakan beberapa staf yang mengurusi dari administrasi hingga urusan pelabuhan.
“Kantor saya cukup sederhana, hampir tidak ada desain interior formal. Semua peralatannya hanya yang benar-benar dibutuhkan. Stafnya juga kurang dari 5 orang, mereka bekerja pun hanya dilengkapi telepon dan mesin tik,” jelas Tahir.
Dalam menjalankan bisnis impornya itu, Tahir pun tak segan mempelajari operasi di pelabuhan. Ia pun mengurus berbagai dokumen untuk membongkar barang dari kapal dan berbagai trik untuk mempercepat proses pengeluaran barang keluar dari pelabuhan. Tak ayal, dirinya pun kerap menghabiskan waktu beberapa hari di pelabuhan Tanjung Priok untuk mempelajari semua yang berkaitan dengan bisnisnya itu.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir soal Mochtar Riady yang Tak Beri Privilege Kepadanya
Tak Malu Jalankan Bisnis Impor Kue Bulan
Produk pertama yang diimpor Tahir adalah kue bulan. Ia sendiri mendapati informasi tentang produsen kue tersebut di Hong Kong. Menurut Tahir, kue bulan merupakan salah satu kue yang popular di Indonesia dan keluarga Tionghoa.
Di Jakarta sendiri, ia melihat kebiasaan serupa dari masyarakat Tionghoa untuk menikmati kue itu setiap hari. Namun, kata dia, hanya sedikit yang memproduksi kue bulan ini.
“Saya memilih kue bulan karena saya melihat permintaan yang cukup tinggi. Sama seperti kebanyakan importir, saya memantau pasar untuk menemukan komoditas yang banyak diminati. Saya pun membuat catatan tentang agen sehingga saya tidak perlu khawatir tentang penjualan dan menghindari kelebihan stok,” papar Tahir.
Meski saat itu ia memiliki title sebagai menantu taipan tersohor, Tahir mengaku, ia sama sekali tak malu berjualan kue bulan. Sebagai importir kue bulan, Tahir pun mulai membiasakan diri dengan seluk beluk pekerjaan seorang importir dan agen.
Setiap harinya ia kerap menelepon dan menghubungi agen-agen di berbagai tempat di Jakarta dan di kota-kota lain. Ia pun menghubungi produsen di Hongkong dan broker kue bulan di Singapura. Hingga akhirnya, ia mengatur pelepasan barang dari pelabuhan Tanjung Priok.
Tahir menuturkan, kunci sukses seorang importir itu dan pemasok itu sendiri dinilainya sederhana, yakni pengamatan yang cermat dalam menargetkan komoditas yang disukai di pasar dan menjaga keseimbangan permintaan dan stok.
“Persyaratan pertama sebenarnya tidak terlalu sulit karena sebelumnya saya dilatih untuk merasakan komoditas yang cepat laku ketika saya melakukan tugas belanja untuk bisnis orang tua saya dulu,” tandas Tahir.
Baca Juga: Cerita Kencan Pertama Dato Sri Tahir dan Rosy Riady: Momen yang Penuh Kekakuan, Namun Membahagiakan