Hubungan dengan Mochtar Riady
Di tengah kondisi itu, ia ditawari Mochtar Riady untuk mengurusi bisnis garmennya. Mochtar Riady merupakan pendiri Grup Lippo, sekaligus ayah dari Rosa Riady yang merupakan istri Tahir. Selang beberapa waktu, Tahir pun berhasil melunasi utangnya di bank. Setelah bangkit, ia membangun kembali bisnisnya.
Meski berhasil menikahi Rosy Riady, putri direktur utama Bank Central Asia (BCA), bank swasta terbesar di Indonesia saat itu, Tahir menegaskan bahwa sang mertua, sama sekali tidak memberinya modal bisnis di masa awal ia mulai merintis.
Selain itu, Tahir pun kerap dihadapkan pada larangan yang terdengar seperti ancaman dari sang mertua,, Mochtar Riady. Maklum, Dato Tahir masih muda dan tidak memiliki apa-apa yang setara dengan keluarga Rosy.
"Ini adalah cerita yang unik, dari pertama nikah dan minggu pertama saya dipanggil pak Mochtar, 'You enggak boleh kerja di grup saya'. Saya bilang it's okay why not," kenang Tahir.
“Jadi salah besar jika ada yang menduga saya diberi setumpuk uang oleh Pak Mochtar untuk modal bisnis. Tak sepeser pun. Tidak kepada Rosy. Sekali ia mengatakan bahwa ia akan melepas saya berjuang sendirian untuk mengarungi kehidupan dengan putrinya, Rosy," kata Tahir dalam Living Sacrifice (2015).
Ditegaskan Tahir, satu-satunya yang dapat diambil secara gratis dari Mochtar Riady adalah sikapnya. Melihat mertuanya itu, Tahir sangat percaya kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun perlu kerja keras.
Pendiri Tahir Foundation itu menegaskan bahwa suatu hari dia akan mengalahkan sang petinggi Lippo Group tersebut.
"Saya bilang jelas ke beliau kalau i will beat you. Saya enggak pernah merasa bakal menjadi sosok yang terkenal, saya selalu merasa suatu hari saya harus menjadi yang terbaik," ujarnya.
Kini, Tahir mampu membuktikan kepada sang mertua bahwa janjinya tak hanya sekadar omongan belaka. Tahir tumbuh menjadi orang yang sukses, bahkan dirinya masuk ke dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Berdasarkan data Forbes, Tahir kini tercatat memiliki harta kekayaan US$5,1 miliar per Sabtu (22/6/2024).
Dengan asumsi kurs JISDOR Rp16.458 per dolar AS, kekayaan keluarga Tahir itu menjadi sekitar Rp83,93 triliun. Nilai tersebut menempatkan dirinya sebagai orang terkaya ke-605 di dunia saat ini. Sedangkan, di Indonesia pria 72 tahun itu tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-8 dan ke-626 dunia.
Baca Juga: Mengulik Seluk Beluk Perjalanan Bisnis Mayapada Group
Gurita Bisnis
Ketika memulai berbisnis, Tahir mengawalinya dari sektor garmen. Dari garmen, lambat laun ia melebarkan sayap bisnisnya ke sektor keuangan.
Pada 1986 ia mendirikan Mayapada Group. Pada 1989, ia mengajukan izin kepada Bank Indonesia untuk membangun Bank Mayapada. Dengan bantuan beberapa pihak akhirnya ia berhasil memperoleh izin.
Pada 1990-an, Bank Mayapada lahir menjadi salah satu bisnis andalan Grup Mayapada. Bisnis yang dikomandoi Tahir pun melaju lebih cepat daripada yang dibayangkan, sampai ia mampu bertahan di tengah kondisi krisis moneter di tahun pada 1998.
Bahkan sahamnya masuk ke pasar Saham Bursa Efek Jakarta. Hal ini disebabkan karena Bank Mayapada tidak mengambil kredit dari bank asing sehingga tak bergantung pada kurs saat itu.
Bank tersebut pun kini memiliki setidaknya 217 cabang dengan target nasabah pemilik usaha kecil dan menengah yang dinilai akan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tidak ketinggalan, perseroan juga memiliki jaringan asuransi berpartner dengan mitra internasional, yakni Zurich Insurance dan Sompo Japan Nipponkoa General Insurance.
Grup Mayapada pun semakin berkembang. Mereka kian melebarkan sayap bisnisnya. Pada 2000 misalnya, mereka merambah bisnis rumah sakit dengan mendirikan Rumah Sakit Mayapada dan Mayapada Clinic.
Mayapada Group saat ini juga menjadi holding beberapa perusahaan antara lain Mayapada Hospital, Bank Mayapada, Fairmont Hotel Bali, Menara Topas, Forbes Indonesia hingga ELLE Indonesia.
Baca Juga: Cara Dato Sri Tahir Menanamkan Tanggung Jawab pada Anak, Seperti Apa?