Karier Tomy Winata
Karier Tomy Winata dimulai ketika dirinya berusia 15 tahun pada tahun 1972. Ia mulai merintis hubungan bisnisnya dengan pihak militer Indonesia. Saat itu, aksinya tergolong nekat sebab tidak semua etnis Tionghoa berani berurusan dengan kalangan militer.
Sejak saat itu, keberaniannya tersebut membuahkan hasil dimana dirinya dipercaya membangun kantor koramil di Singkawang.
Selain itu, Tomy Winata juga menjadi penyalur barang ke tangsi-tangsi tentara di Indonesia. Tomy Winata pernah mendapat proyek dari militer di Papua, Makassar, dan Ambon. Di Papua, Tomy Winata berkenalan dengan Yorrys Raweyai.
Mengutip Tribunnews.com, Tomy Winata juga dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan kalangan militer, dua diantaranya adalah Letjen TNI (Purn) Tiopan Bernard Silalahi dan Jenderal Edy Sudrajat. Tomy Winata juga akrab dengan beberapa jenderal lain.
Sebelumnya, berbagai rintangan dan tantangan pernah dilaluinya dengan ikhlas. Ia juga pernah memutuskan untuk menjadi seorang investor yang memiliki saham pada sebuah proyek di Papua berbekal dengan pengalaman dan wawasan yang ia miliki selama bekerja.
Sayangnya, usahanya lagi-lagi harus terhenti karena mengalami kebangkrutan. Tentunya, ia mencoba peruntungan lain dengan tidak menyerah menjadi investor proyek di Kalimantan Barat yang akhirnya usahanya kembali macet dan bangkrut kembali.
Tak putus asa, ia merintis usahanya kembali di wilayah NTT dan membuka bisnis di Ibukota. Tak tanggung-tanggung, bisnisnya tersebut bahkan mengalami dua kali kebangkrutan.
Pada 1988, Tomy Winata bersama Yayasan Kartika Eka Paksi (Angkatan Darat) menyelamatkan sebuah Bank Propelat. Bank yang semula dimiliki Yayasan Siliwangi ini hanya memiliki aset sebesar Rp 8 miliar.
Namun setelah diambil alih dan diubah namanya menjadi Bank Artha Graha, hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun bank itu sehat kembali. Saat masa krisis 1998, Tomy Winata juga menyelamatkan Arta Pusara yang kemudian diganti namanya menjadi Artha Pratama.
Pada 1989, Tomy Winata kemudian mendirikan PT Danayasa Arthatama. Tomy kemudian ikut serta dalam proyek raksasa senilai US$ 3,25 miliar di kawasan bisnis Sudirman Central Business Distric (SCBD) yang memiliki luas 45 hektar di jantung DKI Jakarta.
Tomy Winata juga telah mengambil alih Bank Inter-Pacific pada 2003. Pada 2005, Bank Inter-Pacific melalui Pasar Modal kemudian mengambil alih kepemilikan Bank Artha Graha melalui Pasar Modal.
Namanya kemudian menjadi Bank Artha Graha Internasional. Tak hanya itu, Tomy Winata juga memiliki saham di Hotel Borobudur melalui PT Jakarta Internasional Hotels and Development.
Hingga dalam waktu 10 tahun, namanya mampu mendirikan dan mengembangkan bisnis yang ia jalani. Kini, bisnisnya tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari properti, konstruksi, perdagangan, perhotelan, perbankan hingga industri telekomunikasi.
Baca Juga: Raja Tambang! Ini 6 Konglomerat Tanah Air yang Sukses dengan Bisnis Batu Bara